KONSEP DASAR HEMORRHOID
A.
Pengertian
Hemorrhoid
adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi
namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan.
Literatur lain menyebutkan bahwa hemorrhoid adalah varices vena eksternal dan /
atau internal dari kanal anus yang disebabkan oleh adanya tekanan pada
vena-vena anorektal.
Haemoroid
(Ambeyen) adalah pelebaran vena di dalam fleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik1). Hanya apabila haemoroid ini menyebabkan keluhan
atau penyulit, diperlukan tindakan.
Hemorrhoid
are dilated, engorged veins in the lining of the rectum”. Hemoroid adalah pembesaran dan penonjolan vena disekitar rektum. (Potter,
1997 ; 1374).
“Hemorrhoid are dilated varicose veins of
the anus and rectum”. Hemoroid
adalah dilatasi pembuluh darah vena varicose pada anus dan rektum.(Reeves, 1999 ; 162).
Hemoroid adalah dilatasi pleksus (anyaman pembuluh darah) vena yang
mengitari rektal dan anal. (Tambayong, 2000 ; 142).
Hemoroid (Wasir)
adalah pembengkakan jaringan yang mengandung pembuluh balik (vena) dan terletak
di dinding rektum dan anus.
“Hemorrhoids
are a common problem of the anus and rectum. They occur when the veins around
the anus or lower rectum become swollen and inflamed, often as a result of
straining during a bowel movement”.
Hemoroid adalah
suatu masalah umum pada anus dan rektum. Yang terjadi bila vena-vena disekitar
anus dan rektum mengalami peradangan yang diakibatkan karena mengedan selama
buang air besar.
Hemoroid
diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu hemoroid interna yang terjadi diatas
sfingter anal dan hemoroid eksternal yang terjadi diluar sfingter anal.
B.
Anatomi dan Fisiologi
Kolon merupakan sambungan dari usus halus, dengan
panjang kira – kira satu setengah meter. Dimulai pada katup ileosekal. Sekum
terletak di daerah iliaka kanan dan menempel pada otot iliopsoas, kemudian kolon
naik sebelah kanan lumbal yang disebut ; kolon asendens, lalu dibawah hati
berbeluk pada tempat yang disebut fleksura hepatika.
Selanjutnya
kolon berjalan melalui tepi daerah epigastrium dan umbilikal sebagai kolon
transversal kemudian membelok sebagai fleksura lienalis dan berjalan melalui
daerah kiri lumbal sebagai kolon desendens. Di daerah kanan iliaka terdapat
belokan yang disebut fleksura sigmoid dan dibentuk kolon sigmoideus dan
kemudian masuk ke dalam pervis besar dan menjadi rektum.
Rektum kira
– kira sepuluh sentimeter terbawah dari usus besar. Dimulai dari kolon sigmoid
dan berakhir pada saluran anal yang kira – kira 3 cm panjangnya. Saluran ini
berakhir pada anus yang diapit oleh otot internus dan otot eksternus.
Usus
besar menunjukkan empat morfologi lapisan seperti apa yang ditemukan juga pada
usus halus yaitu :
1. Lapisan serosa.
Merupakan
lapisan paling luar, dibentuk oleh peritoneum. Mesenterium merupakan lipatan
peritoneum yang lebar, sehingga memungkinkan usus bergerak lebih leluasa.
Mesenterium menyokong pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf mensuplai usus.
Fungsi dari peritoneum adalah mencegah pergesekan antara organ – organ yang
berdekatan, dengan mengekskresikan cairan serosa, yang berfungsi sebagai
pelumas.
2. Lapisan otot longitudinal
Meliputi
usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita, yang disebut
taenia koli, taenia bersatu pada sigmoid distal sehingga rektum mempunyai
selubung otot yang lengkap.
3. Lapisan otot sirkuler
Diantara
kedua lapisan otot tersebut, terdapat pembuluh darah dan pembuluh limfe, yang
mensuplai usus.
4. Lapisan mukosa
Lapisan
paling dalam tidak mempunyai vili atau rugae dan merupakan salah satu perbedaan
dengan usus halus.
Usus
besar secara klinis, dibagi dalam separuh bagian kanan dan kiri, menurut suplai
darahnya. Arteri mesenterika superior memperdarahi separuh bagian kanan, yaitu
sekum, kolon asendens dan dua pertiga proksimal kolon transversal. Arteri
mesenterika inferior mensuplai separuh bagian kiri yaitu sepertiga distal kolon
mendatar (transversum).
Suplai
darah lain pada rektum diselenggarakan oleh arterial haemoroidalis yang berasal
dari aorta abdominalis dan arteri iliaka interna.
Venous
rektum dari kolon dan rektum superior melalui vena mesenterika superior dan
inferior, dan vena haemorhoidalis superior yang menjadi bagian dari sistem
porta yang mengalirkan darah ke hati. Vena haemorhoidalis medial dan inferior
mengalirkan darah ke vena iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistemik.
Suplai
saraf usus besar, dilakukan oleh sistem saraf dengan mengecualikan sfingter
eksterna yang diatur oleh sistem volunter. Serabut parasimpatis berjalan
melalui nervus vagus, kebagian tengah kolon transversum dan nervus pervikus,
yang berasal dari daerah sakral mensuplai bagian distal
Perangsangan
simpatis menyebabkan penghambatan sekresi, kontraksi dan perangsangan sfingter
rektum sedangkan perangsangan parasimpatis mempunyai efek – efek berlawanan.
C.
Fisiologi kolon dan rectum
Usus
besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi
usus. Fungsi kolon yang paling penting adalah absorbsi air dan elektrolit yang
sebagian besar dilangsungkan pada kolon bagian kanan, dan fungsi kolon sigmoid
sebagai reservoir untuk dehidrasi massa faeces, sampai defekasi berlangsung.
Kolon
mengabsorpsi air, sekitar 600 ml/hari dibandingkan dengan 8.000 ml air yang
diabsorbsi oleh usus halus. Akan tetapi kapasitas absorbsi usus besar sekitar
2.000 ml/hari. bila jumlah ini dilampaui oleh pengiriman cairan yang berlebihan
dari ileum mengakibatkan diare.
Berat
akhir faeces yang dikeluarkan perhari sekitar 2.000 gram, 75 % diantaranya
berupa air dan sisanya terdiri dari residua makanan yang tidak diabsorbsi,
bakteri, sel epitel yang mengelupas dan mineral yang tidak diabsorpsi.
Sangat sedikit
pencernaan berlangsung dalam usus besar. Sekresi usus besar mengandung banyak
mukus, menunjukkan sekresi alkali yang tidak mengandung enzim. Mukus bekerja
sebagai pelumas dan pelindung mukosa pada peradangan usus.
D.
Penyebab
1.
Hemoroid dapat terjadi karena
dilatasi (pelebaran), inflamasi (peradangan) atau pembengkakan vena
hemoroidalis yang disebabkan:
a.
Konstipasi kronik: sulit buang air besar, sehingga harus mengejan.
b.
Kehamilan: karena penekanan janin pada perut.
c.
Diare kronik.
d.
Usia lanjut.
e.
Duduk terlalu lama
f.
Hubungan seks peranal.
g.
Pada beberapa individu terjadi
hipertrofi sfingter ani (pembengkakan otot/ klep dubur), obstruksi (sumbatan)
fungsional akibat spasme (kejang), dan penyempitan kanal anorektal (saluran
dubur-ujung akhir usus besar)
2. Keturunan
3.
Kelainan anatomi
4. Peningkatan tekanan intra abdomen, pekerjaan, sex
Lebih banyak pada laki – laki dari pada wanita.
E.
Insiden
Kedua jenis haemoroid ini sangat sering terjadi dan
terdapat pada sekitar 35 % penduduk yang berusia lebih dari 25 tahun.3) walaupun
keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat meyebabkan perasaan yang sangat
tidak nyaman.
F.
Patofisiologi
Pada daerah rektum terdapat vena hemoroidalis
superior, medialis dan inferior. Vena hemoroidalis media dan inferior
mengalirkan darah ke vena iliaka yang merupakan bagian dari sirkulasi sistemik.
Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior, medialis dan inferior.
Tekanan yang cukup tinggi pada kavum abdominalis secara kronis misalnya tumor
rektum atau pasien yang selalu konstipasi, sehingga selalu mengedan bila BAK
atau pasien hipertrofi prostat, sehingga tekanan di dalam vena porta juga
meningkat yang mengakibatkan aliran darah balik pada vena-vena ini yang lambat
laun bisa terjadi varises vena pada daerah rektum.
Apabila
sudah terjadi varises vena-vena hemoroidalis, konstipasi dapat memperburuk
keadaan, dimana faeces yang keras dapat menggores vena hemoroidalis yang
membengkak, sehingga apabila keadaan ini terus menerus bisa menimbulkan
perlukaan dan perdarahan secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar
yang menyebabkan prolapsus.
G.
MANIFESTASI KLINIS
Hemoroid menyebabkan tanda dan gejala:
1. Rasa gatal dan nyeri.
2. Perdarahan berwarna merah terang pada saat BAB.
3. Pada hemoroid eksternal, sering timbul nyeri hebat
akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis (pembekuan darah
dalam hemoroid) sehingga dapat menimbulkan iskemia dan nekrosis pada area
tersebut.
H.
Pembagian
Haemoroid terbagi atas:
1. Haemoroid interna
Adalah
pleksus vena hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan di tutupi oleh
mukosa. Haemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan sub
mukosa pada rectum sebelah bawah.
2. Haemoroid eksterna
Merupakan
pelebaran dan penonjolan pleksus haemoroid inferior terdapat di sebelah distal
garis mukokutan didalam jaringan di bawah epitel anus
I.
Faktor Pencetus
1.
Konstipasi atau
diare.
2. Sering mengejan.
3.
Kongesti pelvis pada
kehamilan.
4. Pembesaran prostat.
5.
Fibroma uteri dan
tumor rectum.
J.
Gambaran Klinis
a.
Haemoroid interna.
1. Derajat satu.
Tidak menonjol melalui anus dan hanya dapat
ditemukan dengan protoskopi, lesi biasanya terletak pada posterior kanan dan
kiri dan anterior kanan, mengikuti penyebaran cabang-cabang vena hemoridalis
superior dan tampak sebagai pembengkakan globular kemerahan.
2. Derajat dua.
Dapat mengalami prolapsus melalui anus saat
defekasi haemoroid ini dapat mengecil secara spontan atau dapat direduksi
(dikembalikan ke dalam) secara manual.
3. Derajat tiga.
Mengalami prolapsus secara permanen
(keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk kembali) dengan
sendirinya tapi harus didorong. Dalam hal ini mungkin saja varises keluar dan
harus didorong kembali tanpa perdarahan.
4. Derajat IV
Akan timbul keadaan akut, dimana varises
yang keluar pada saat defekasi tidak dapat didorong masuk kembali hal ini akan
menimbulkan rasa sakit. Biasanya ini terdapat trombus yang diikuti infeksi dan
kadang-kadang timbul peningkatan rektum.
b. Haemoroid eksterna.
1. Akut.
Pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir
anus dan sebenarnya merupakan haematoma. Bentuk ini sering sangat nyeri dan
gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
Kadang-kadang perlu membuang thrombus dengan anastesi local atau dapat diobati
dengan “kompres duduk” panas dan analgetik.
2. Kronik atau skintag.
Berupa satu atau lebih lipatan kulit anus
yang terdiri dari penyambung dan sedikit pembuluh darah.
K.
Pemeriksaan
1.
Pemeriksaan colok
dubur.
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma rectum. Pada haemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena
di dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
2. Anoskop.
Diperlukan untuk melihat haemoroid
interna yang tidak menonjol keluar.
3.
Proktosigmoidoskopi.
Untuk
memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses
keganasan di tingkat yang lebih tinggi.
L.
Diagnosis
1.
Darah di anus.
2. Prolaps.
3.
Perasaan tak nyaman
di anus (pruritus anus).
4. Pengeluaran lender
5.
Anemia sekunder.
6. Tampak kelainan khas pada inspeksi.
7.
Gambaran khas pada
anoskopi/rektoskopi.
M.
Diagnosis Banding
1.
Perdarahan.
2. Trombosis.
3.
Strangulasi.
Haemoroid
yang mengalami strangulasi adalah haemoroid yang mengalami prolapsus dimana
darah dihalangi oleh spingter ani.
N.
Pengobatan
1.
Pembedahan pada derajat
lanjut.
2. Kompres duduk atau bentuk pemanasan basah lain, dan
penggunaan suppositoria.
3.
Eksisi bedah dapat
dilakukan bila perdarahan menetap, terjadi prolapsus, atau pruritus dan nyeri
anus yang tidak dapat diatasi.
O.
PENCEGAHAN
Upaya
yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hemoroid antara lain:
1. Jalankan pola hidup sehat
2. Olah raga secara teratur (ex.: berjalan)
3. Makan makanan berserat
4. Hindari terlalu banyak duduk
5. Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll.
6. Hindari hubunga seks yang tidak wajar
7. Minum air yang cukup
8. Jangan menahan kencing dan berak
9. Jangan menggaruk dubur secara berlebihan
10.
Jangan mengejan berlebihan
11. Duduk berendam pada air hangat
12.
Minum obat sesuai anjuran dokter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar