Halaman

Rabu, 25 April 2012

KONSEP DASAR HEMORRHOID


KONSEP DASAR HEMORRHOID

A.             Pengertian
     Hemorrhoid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Literatur lain menyebutkan bahwa hemorrhoid adalah varices vena eksternal dan / atau internal dari kanal anus yang disebabkan oleh adanya tekanan pada vena-vena anorektal.
     Haemoroid (Ambeyen) adalah pelebaran vena di dalam fleksus hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan patologik1). Hanya apabila haemoroid ini menyebabkan keluhan atau penyulit, diperlukan tindakan.
     Hemorrhoid are dilated, engorged veins in the lining of the rectum”.  Hemoroid adalah pembesaran dan penonjolan vena disekitar rektum. (Potter, 1997 ; 1374).
     “Hemorrhoid are dilated varicose veins of the anus and rectum”.  Hemoroid adalah dilatasi pembuluh darah vena varicose pada anus dan rektum.(Reeves, 1999 ; 162).
     Hemoroid adalah dilatasi pleksus (anyaman pembuluh darah) vena yang mengitari rektal dan anal. (Tambayong, 2000 ; 142).
     Hemoroid (Wasir) adalah pembengkakan jaringan yang mengandung pembuluh balik (vena) dan terletak di dinding rektum dan anus.
     “Hemorrhoids are a common problem of the anus and rectum. They occur when the veins around the anus or lower rectum become swollen and inflamed, often as a result of straining during a bowel movement”.
     Hemoroid adalah suatu masalah umum pada anus dan rektum. Yang terjadi bila vena-vena disekitar anus dan rektum mengalami peradangan yang diakibatkan karena mengedan selama buang air besar.
     Hemoroid diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu hemoroid interna yang terjadi diatas sfingter anal dan hemoroid eksternal yang terjadi diluar sfingter anal.
B.               Anatomi dan Fisiologi
     Kolon merupakan sambungan dari usus halus, dengan panjang kira – kira satu setengah meter. Dimulai pada katup ileosekal. Sekum terletak di daerah iliaka kanan dan menempel pada otot iliopsoas, kemudian kolon naik sebelah kanan lumbal yang disebut ; kolon asendens, lalu dibawah hati berbeluk pada tempat yang disebut fleksura hepatika.
     Selanjutnya kolon berjalan melalui tepi daerah epigastrium dan umbilikal sebagai kolon transversal kemudian membelok sebagai fleksura lienalis dan berjalan melalui daerah kiri lumbal sebagai kolon desendens. Di daerah kanan iliaka terdapat belokan yang disebut fleksura sigmoid dan dibentuk kolon sigmoideus dan kemudian masuk ke dalam pervis besar dan menjadi rektum.
     Rektum kira – kira sepuluh sentimeter terbawah dari usus besar. Dimulai dari kolon sigmoid dan berakhir pada saluran anal yang kira – kira 3 cm panjangnya. Saluran ini berakhir pada anus yang diapit oleh otot internus dan otot eksternus.
     Usus besar menunjukkan empat morfologi lapisan seperti apa yang ditemukan juga pada usus halus yaitu :
1.     Lapisan serosa.
          Merupakan lapisan paling luar, dibentuk oleh peritoneum. Mesenterium merupakan lipatan peritoneum yang lebar, sehingga memungkinkan usus bergerak lebih leluasa. Mesenterium menyokong pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf mensuplai usus. Fungsi dari peritoneum adalah mencegah pergesekan antara organ – organ yang berdekatan, dengan mengekskresikan cairan serosa, yang  berfungsi sebagai pelumas.
2.    Lapisan otot longitudinal
          Meliputi usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita, yang disebut taenia koli, taenia bersatu pada sigmoid distal sehingga rektum mempunyai selubung otot yang lengkap.
3.    Lapisan otot sirkuler
          Diantara kedua lapisan otot tersebut, terdapat pembuluh darah dan pembuluh limfe, yang mensuplai usus.
4.    Lapisan mukosa
          Lapisan paling dalam tidak mempunyai vili atau rugae dan merupakan salah satu perbedaan dengan usus halus.
     
      Usus besar secara klinis, dibagi dalam separuh bagian kanan dan kiri, menurut suplai darahnya. Arteri mesenterika superior memperdarahi separuh bagian kanan, yaitu sekum, kolon asendens dan dua pertiga proksimal kolon transversal. Arteri mesenterika inferior mensuplai separuh bagian kiri yaitu sepertiga distal kolon mendatar (transversum).
      Suplai darah lain pada rektum diselenggarakan oleh arterial haemoroidalis yang berasal dari aorta abdominalis dan arteri iliaka interna.
      Venous rektum dari kolon dan rektum superior melalui vena mesenterika superior dan inferior, dan vena haemorhoidalis superior yang menjadi bagian dari sistem porta yang mengalirkan darah ke hati. Vena haemorhoidalis medial dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistemik.
      Suplai saraf usus besar, dilakukan oleh sistem saraf dengan mengecualikan sfingter eksterna yang diatur oleh sistem volunter. Serabut parasimpatis berjalan melalui nervus vagus, kebagian tengah kolon transversum dan nervus pervikus, yang berasal dari daerah sakral mensuplai bagian distal
      Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi, kontraksi dan perangsangan sfingter rektum sedangkan perangsangan parasimpatis mempunyai efek – efek berlawanan.
C.               Fisiologi kolon dan rectum
     Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi kolon yang paling penting adalah absorbsi air dan elektrolit yang sebagian besar dilangsungkan pada kolon bagian kanan, dan fungsi kolon sigmoid sebagai reservoir untuk dehidrasi massa faeces, sampai defekasi berlangsung.
     Kolon mengabsorpsi air, sekitar 600 ml/hari dibandingkan dengan 8.000 ml air yang diabsorbsi oleh usus halus. Akan tetapi kapasitas absorbsi usus besar sekitar 2.000 ml/hari. bila jumlah ini dilampaui oleh pengiriman cairan yang berlebihan dari ileum mengakibatkan diare.
     Berat akhir faeces yang dikeluarkan perhari sekitar 2.000 gram, 75 % diantaranya berupa air dan sisanya terdiri dari residua makanan yang tidak diabsorbsi, bakteri, sel epitel yang mengelupas dan mineral yang tidak diabsorpsi.
     Sangat sedikit pencernaan berlangsung dalam usus besar. Sekresi usus besar mengandung banyak mukus, menunjukkan sekresi alkali yang tidak mengandung enzim. Mukus bekerja sebagai pelumas dan pelindung mukosa pada peradangan usus.
D.              Penyebab
1.    Hemoroid dapat terjadi karena dilatasi (pelebaran), inflamasi (peradangan) atau pembengkakan vena hemoroidalis yang disebabkan:
a.     Konstipasi kronik: sulit buang air besar, sehingga harus mengejan.
b.    Kehamilan: karena penekanan janin pada perut.
c.     Diare kronik.
d.    Usia lanjut.
e.     Duduk terlalu lama
f.      Hubungan seks peranal.
g.     Pada beberapa individu terjadi hipertrofi sfingter ani (pembengkakan otot/ klep dubur), obstruksi (sumbatan) fungsional akibat spasme (kejang), dan penyempitan kanal anorektal (saluran dubur-ujung akhir usus besar)
2.  Keturunan
3.   Kelainan anatomi
4.  Peningkatan tekanan intra abdomen, pekerjaan, sex
Lebih banyak pada laki – laki dari pada wanita.
E.               Insiden
     Kedua jenis haemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35 % penduduk yang berusia lebih dari 25 tahun.3) walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat meyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman.
F.                Patofisiologi
     Pada daerah rektum terdapat vena hemoroidalis superior, medialis dan inferior. Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka yang merupakan bagian dari sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior, medialis dan inferior. Tekanan yang cukup tinggi pada kavum abdominalis secara kronis misalnya tumor rektum atau pasien yang selalu konstipasi, sehingga selalu mengedan bila BAK atau pasien hipertrofi prostat, sehingga tekanan di dalam vena porta juga meningkat yang mengakibatkan aliran darah balik pada vena-vena ini yang lambat laun bisa terjadi varises vena pada daerah rektum.
     Apabila sudah terjadi varises vena-vena hemoroidalis, konstipasi dapat memperburuk keadaan, dimana faeces yang keras dapat menggores vena hemoroidalis yang  membengkak, sehingga apabila keadaan ini terus menerus bisa menimbulkan perlukaan dan perdarahan secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar yang menyebabkan prolapsus.
G.              MANIFESTASI KLINIS
     Hemoroid menyebabkan tanda dan gejala:
1.     Rasa gatal dan nyeri.
2.    Perdarahan berwarna merah terang pada saat BAB.
3.    Pada hemoroid eksternal, sering timbul nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid) sehingga dapat menimbulkan iskemia dan nekrosis pada area tersebut.
H.              Pembagian
Haemoroid terbagi atas:
1.     Haemoroid interna
          Adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan di tutupi oleh mukosa. Haemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan sub mukosa pada rectum sebelah bawah.
2.    Haemoroid eksterna
          Merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus haemoroid inferior terdapat di sebelah distal garis mukokutan didalam jaringan di bawah epitel anus
I.                  Faktor Pencetus
1.    Konstipasi atau diare.
2.  Sering mengejan.
3.   Kongesti pelvis pada kehamilan.
4.  Pembesaran prostat.
5.   Fibroma uteri dan tumor rectum.
J.               Gambaran Klinis
a.   Haemoroid interna.
1.     Derajat satu.
     Tidak menonjol melalui anus dan hanya dapat ditemukan dengan protoskopi, lesi biasanya terletak pada posterior kanan dan kiri dan anterior kanan, mengikuti penyebaran cabang-cabang vena hemoridalis superior dan tampak sebagai pembengkakan globular kemerahan.
2.    Derajat dua.
     Dapat mengalami prolapsus melalui anus saat defekasi haemoroid ini dapat mengecil secara spontan atau dapat direduksi (dikembalikan ke dalam) secara manual.
3.    Derajat tiga.
     Mengalami prolapsus secara permanen (keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk kembali) dengan sendirinya tapi harus didorong. Dalam hal ini mungkin saja varises keluar dan harus didorong kembali tanpa perdarahan.
4.    Derajat IV
     Akan timbul keadaan akut, dimana varises yang keluar pada saat defekasi tidak dapat didorong masuk kembali hal ini akan menimbulkan rasa sakit. Biasanya ini terdapat trombus yang diikuti infeksi dan kadang-kadang timbul peningkatan rektum.
b.    Haemoroid eksterna.
1.     Akut.
     Pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan haematoma. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Kadang-kadang perlu membuang thrombus dengan anastesi local atau dapat diobati dengan “kompres duduk” panas dan analgetik.
2.    Kronik atau skintag.
     Berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari penyambung dan sedikit pembuluh darah.
K.               Pemeriksaan
1.    Pemeriksaan colok dubur.
          Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum. Pada haemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
2.  Anoskop.
          Diperlukan untuk melihat haemoroid interna yang tidak menonjol keluar.
3.   Proktosigmoidoskopi.
          Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.
L.                Diagnosis
1.    Darah di anus.
2.  Prolaps.
3.   Perasaan tak nyaman di anus (pruritus anus).
4.  Pengeluaran lender
5.   Anemia sekunder.
6.  Tampak kelainan khas pada inspeksi.
7.   Gambaran khas pada anoskopi/rektoskopi.
M.            Diagnosis Banding
1.    Perdarahan.
2.  Trombosis.
3.   Strangulasi.
          Haemoroid yang mengalami strangulasi adalah haemoroid yang mengalami prolapsus dimana darah dihalangi oleh spingter ani.
N.              Pengobatan
1.    Pembedahan pada derajat lanjut.
2.  Kompres duduk atau bentuk pemanasan basah lain, dan penggunaan suppositoria.
3.   Eksisi bedah dapat dilakukan bila perdarahan menetap, terjadi prolapsus, atau pruritus dan nyeri anus yang tidak dapat diatasi.
O.              PENCEGAHAN
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hemoroid antara lain:
1.     Jalankan pola hidup sehat
2.    Olah raga secara teratur (ex.: berjalan)
3.    Makan makanan berserat
4.    Hindari terlalu banyak duduk
5.    Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll.
6.    Hindari hubunga seks yang tidak wajar
7.     Minum air yang cukup
8.    Jangan menahan kencing dan berak
9.    Jangan menggaruk dubur secara berlebihan
10.                       Jangan mengejan berlebihan
11. Duduk berendam pada air hangat
12.                        Minum obat sesuai anjuran dokter




  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar