Kejadian
diare pada anak memang sering kali terjadi. Hal ini menyebabkan orang tua yang
mempunyai anak dengan asupan gizi tidak seimbang menjadi takut bila sang anak
mengidap penyakit diare. Walaupun diare merupakan penyakit yang sudah banyak obatnya,
Namun oatut diwaspai bila menyerang pada usia dini atau dalam masa pertumbuhan
karena akan menyebabkan proses pertumbuhan anak menjadi terganggu.
Sebagai
orng tua yang mempunyai anak kecil sebaiknya harus tahu bagaimana memperlakukan
anak diare dengan cara membaca pedomannya terlebih dahulu yaitu askep diare
anak. Yang bisa anda dapatkan disitus ini yang akan kami upload atas request
dari para pembaca sekalian.
Seberapa
bahayakah diare bila menyerang anak ? Jawabannya adalah sangat berbahaya bila tidak
segera dilakukan penanganan yang tepat. Diare merupakan suatu kejadian dimana
buang ari besar lebih daro 3 kali sehari biasanya tinja bebrntuk encer. Bila
terus begini lama lama anak akan mengalami kekurangan cairan yang biasa disebut
dehidrasi. Kalau sudah dehidrasi lama lama anak bisa mati karenN kekuarangan
cairN.
Segeralah
bawa anak anda ketempat perawatan terdekat Agar segera mendapatkan perawatan
yang baik. Karena bila kejadi semakin buruk tentunya akan semakin mengganggu
aktivitas orang tua
A.
Pengertian
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah
defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir
dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu
keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan
dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk
encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak
normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat
disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya
proses inflamasi pada lambung atau usus.
B.
Penyebab
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut
patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1.
Diare sekresi (secretory diarrhoe),
disebabkan oleh: Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti
shigella, salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium
perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan
bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas,
terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa
dingin, alergi dan sebagainya.
2.
Defisiensi imum terutama SIGA (secretory
imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata
usus dan jamur terutama canalida.
3.
Diare osmotik (osmotik diarrhoea)
disebabkan oleh:
a.
malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak
(LCT), protein, vitamin dan mineral.
b.
Kurang kalori protein.
c.
Bayi berat badan lahir rendah dan bayi
baru lahir.
C.
Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup
ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme
tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin
tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1.
Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output)
lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian
pada diare. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat
bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun
dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan.
Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari
cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
2.
Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang
menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP.
Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam
hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika
kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
Gangguan gizi
3.
Terjadinya penurunan berat badan dalam
waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
a.
Makanan sering dihentikan oleh orang tua
karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.
b.
Walaupun susu diteruskan, sering
diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
c.
Makanan yang diberikan sering tidak
dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
4.
Gangguan sirkulasi
a.
Sebagai akibat diare dapat terjadi
renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak,
kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
D.
Manifestasi Klinis Diare
1.
Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah,
suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
2.
Sering buang air besar dengan
konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
3.
Warna tinja berubah menjadi
kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4.
Anus dan sekitarnya lecet karena
seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5.
Terdapat tanda dan gejala dehidrasi,
turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran
mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6.
Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan
respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas,
kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat
hipovokanik.
7.
Diuresis berkurang (oliguria sampai
anuria).
8.
Bila terjadi asidosis metabolik klien
akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).
E.
Pemeriksaan diagnostic
1.
Pemeriksaan tinja
2.
Makroskopis dan mikroskopis
3.
PH dan kadar gula dalam tinja
4.
Bila perlu diadakan uji bakteri
5.
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam
basa dalam darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas
darah.
6.
Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin
untuk mengetahui faal ginjal.
7.
Pemeriksaan elektrolit terutama kadar
Na, K, Kalsium dan Posfat.
F.
Komplikasi
1.
Dehidrasi (ringan, sedang, berat,
hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2.
Renjatan hipovolemik.
3.
Hipokalemia (dengan gejala mekorismus,
hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
4.
Hipoglikemia.
5.
Introleransi laktosa sekunder, sebagai
akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
6.
Kejang terutama pada dehidrasi
hipertonik.
7.
Malnutrisi energi, protein, karena
selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
*** Derajat dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi
berdasarkan:
a.
Kehilangan berat badan
b.
Tidak ada dehidrasi, bila terjadi
penurunan berat badan 2,5%.
c.
Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan
berat badan 2,5-5%.
d.
Dehidrasi berat bila terjadi penurunan
berat badan 5-10%
G.
Pentalaksanaan
1.
Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
a.
Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang
diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO 3 dan glukosa.
Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l.
Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium
50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan
tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan
sukrosa.
b.
Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat,
dengan rincian sebagai berikut:
-
Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan
3-10 kg
-
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3
tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus
1 ml=20 tetes).
-
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3
tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1
ml=20 tetes).
-
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
-
Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan
berat badan 10-15 kg
-
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8
tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
-
Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan
berat badan 15-25 kg
-
1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5
tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
-
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5
tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
-
16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per
oral.
-
Untuk bayi baru lahir dengan berat badan
2-3 kg
-
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25
ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian
NaHCO 3 1½ %.
-
Kecepatan : 4 jam pertama : 25
ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
-
Untuk bayi berat badan lahir rendah
-
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam,
jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO 3 1½ %).
H.
Pengobatan dietetic
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg, jenis makanan:
-
Susu (ASI, susu formula yang mengandung
laktosa rendah dan lemak tak jenuh
-
Makanan setengah padat (bubur atau
makanan padat (nasi tim)
-
Susu khusus yang disesuaikan dengan
kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam
lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
I.
Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya
gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa
aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit.
Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan penataan
lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.Data fokus
• Hidrasi
• Turgor kulit
• Membran mukosa
• Asupan dan haluaran
• Abdomen
• Nyeri
• Kekauan
• Bising usus
• Muntah-jumlah, frekuensi dan karakteristik
• Feses-jumlah, frekuensi, dan karakteristik
• Kram
• Tenesmus
J.
Diagnosa keperawatan
• Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara intake dan out put.
• Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi usus dengan
mikroorganisme.
• Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi yang disebabkan
oleh peningkatan frekuensi BAB.
• Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, tidak
mengenal lingkungan, prosedur yang dilaksanakan.
• Kecemasan keluarga berhubungan dengan krisis situasi atau
kurangnya pengetahuan.
K.
Intervensi
• Tingkatkan dan pantau keseimbangan cairan dan elektrolit
• Pantau cairan IV
• Kaji asupan dan keluaran
• Kaji status hidrasi
• Pantau berat badan harian
• Pantau kemampuan anak untuk rehidrasi
• Melalui mulut
• Cegah iritabilitas saluran gastro intestinal lebih lanjut
• Kaji kemampuan anak untuk mengkonsumsi melalui mulut (misalnya:
pertama diberi cairan rehidrasi oral, kemudian meningkat ke makanan biasa yang
mudah dicerna seperti: pisang, nasi, roti atau asi.
• Hindari memberikan susu produk.
• Konsultasikan dengan ahli gizi tentang pemilihan makanan.
• Cegah iritasi dan kerusakan kulit
• Ganti popok dengan sering, kaji kondisi kulit setiap saat.
• Basuh perineum dengan sabun ringan dan air dan paparkan terhadap
udara.
• Berikan salep pelumas pada rektum dan perineum (feses yang
bersifat asam akan mengiritasi kulit).
• Ikuti tindakan pencegahan umum atau enterik untuk mencegah
penularan infeksi (merujuk pada kebijakan dan prosedur institusi).
• Penuhi kebutuhan perkembangan anak selama hospitalisasi.
• Sediakan mainan sesuai usia.
• Masukan rutinitas di rumah selama hospitalisasi.
• Dorong pengungkapan perasaan dengan cara-cara yang sesuai usia.
• Berikan dukungan emosional keluarga.
• Dorong untuk mengekspresikan kekhawatirannya.
• Rujuk layanan sosial bila perlu.
• Beri kenyamanan fisik dan psikologis.
• Rencana pemulangan.
• Ajarkan orang tua dan anak tentang higiene personal dan
lingkungan.
• Kuatkan informasi tentang diet.
• Beri informasi tentang tanda-tanda dehidrasi pada orang tua.
• Ajarkan orang tua tentang perjanjian pemeriksaan ulang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku
Keperawatan
Pediatik, Jakarta, EGC
2. Sachasin Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatik. Alih bahasa :
Manulang R.F. Jakarta, EGC
4. Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat yang mengancam jiwa, Jakarta gaya baru
Pediatik, Jakarta, EGC
2. Sachasin Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatik. Alih bahasa :
Manulang R.F. Jakarta, EGC
4. Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat yang mengancam jiwa, Jakarta gaya baru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar