Halaman

Minggu, 01 April 2012

ASKEP TEORI TBC

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI TBC

A.  Data Dasar Pengkajian
Adapun hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan Tuberkulosis Paru adalah sebagai berikut:
1.    Identitas
Meliputi : Nama, Umur, Jenis kelamin, Alamat, Status Perkawinan, Agama, Suku/Bangsa, Pendidikan, Pekerjaan, Tanggal Masuk, tanggal Pengkajian, Sumber Informasi.
2.    Riwayat Kesehatan / Keperawatan
a.    Keluhan Utama :
Klien dengan TB Paru umumnya mengeluh Batuk-batuk, sesak
nafas dan nyeri dada.
b.    Riwayat Kesehatan Sekarang
C.  Riwayat Kesehatan Dahulu
Guna mengetahui adanya riwayat penyakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh, pernah berobat tapi tidak sembuh, pernah berobat tapi tidak teratur, Riwayat kontak dengan penderita TB paru, daya tahan tubuh yang menurun, Riwayat vaksinasi.
3.    Kebutuhan Dasar Manusia
     Kebutuhan Dasar Pasien mengacu pada pola kesehatan fungsional, menurut Gordon antara lain :
a.    Pola Persepsi Management Kesehatan menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan.
b.    Pola Nutrisi Metabolik
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, kondisi kulit, rambut dan  kuku. Pada pasien dengan TBC Paru nutrisi dan metaboliknya meliputi intake makanan dan cairan, pola makan, diet, masalah menelan, anoreksia, makanan kesukaan pasien.
c.    Pola Eliminasi
Menjelaskan pola eksresi usus,kandung kemih, kulit, dan pernapasan.
d.   Pola latihan – Aktifitas
Menggambarkan pola latihan–aktifitas, fungsi pernapasan dan sirkulasi. Dilihat pula kebiasaan beraktifitas sehari-hari seperti makan minum,mandi, toileting, berpakaian, mobilitas tempat tidur berpindah, ambulasi ROM.
e.    Pola Istirahat Tidur
Menggambarkan pola tidur,istirahat dan persepsi tentang tingkat energi. Jumalah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia, penggunaan obat.
Gejala :
1)   Kelelahan umum dan kelemahan.
2)   Nafas pendek karena bekerja.
3)   Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil dan atau berkeringat.
4)   Mimpi buruk.
Tanda :
1)   Takhikardi, tachipnoe, / dispnoe pada kerja.
2)   Kelelahan otot, nyeri dan sesak (pada tahap lanjut).
f.     Integritas Ego
Gejala :
1)   Adanya faktor stres lama.
2)   Masalah keuanagan, rumah.
3)   Perasaan tak berdaya / tak ada harapan.
4)   Populasi budaya.
Tanda :
1)   Menyangkal. (khususnya selama tahap dini).
2)   Ancietas, ketakutan, mudah tersinggung.
g.    Makanan / cairan.
Gejala :
1)   Anorexia.
2)   Tidak dapat mencerna makanan.

h.    Penurunan BB.
Tanda :
1)   Turgor kulit buruk.
2)   Kehilangan lemak subkutan pada otot.
i.      Nyeri / kenyamanan.
Gejala :
Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda :
1)   Berhati-hati pada area yang sakit.
2)   Perilaku distraksi, gelisah.
j.      Pernafasan.
Gejala :      
1)   Batuk produktif atau tidak produktif.
2)   Nafas pendek.
3)   Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinjeksi.
Tanda :
1)   Peningkatan frekuensi nafas.
2)   Pengembangan pernafasan tak simetris.
3)   Perkusi dan penurunan fremitus vokal, bunyi nafas menurun tak secara bilateral atau unilateral (effusi pleura / pneomothorax) bunyi nafas tubuler dan / atau bisikan pektoral diatas lesi luas, krekels tercatat diatas apeks paru selam inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels – posttusic).
4)   Karakteristik sputum ; hijau purulen, mukoid kuning atau bercampur darah.
5)   Deviasi trakeal ( penyebaran bronkogenik ).
6)   Tak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental ( tahap lanjut ).
k.    Keamanan.
Gejala :
Adanya kondisi penekana imun, contoh ; AIDS, kanker, tes HIV positif (+)
Tanda :
1)   Demam rendah atau sakit panas akut.
2)   Interaksi sosial.
3)   Gejala :
4)   Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular.
Perubahan pola biasa dalam tangguang jaawab / perubahan kapasitas fisik untuk melaksankan peran.
l.      Penyuluhan / pembelajaran.
Gejala :
1)   Riwayat keluarga TB,
2)   Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk,
3)   Gagal untuk membaik / kambuhnya TB,
4)   Tidak berpartisipasi dalam therapy.
m.  Pola Kognitif Perseptual
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola Persepsi sensori meliputi fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan kompensasi terhadap tubuhnya. Sedangkan kognitif didalamnya mengandung  kemampuan daya ingat pasien terhadap peristiwa yang lama dan baru terjadi.
n.    Pola Konsep diri-Persepsi Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan peran,harga diri, identitas, adanya kecemasan.
o.    Pola Peran Dan hubaungan
Menggambarkan hubungan klien dengan anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien,pekerjaan,tingkah laku,masalah keuangan.
p.    Pola Reproduksi Seksual
Menggambarkan  kepuasan atau masalah  yang aktual atau dirasakan dengan seksualitas. Riwayat penyakit hubungan seks, riwayat haid.
q.    Pola Koping/Toleransi Stress
1)   Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan
2)   pengguanaan sistem pendukung.
r.     Pola Nilai Kepercayaan
1)   Menggambarkan pola nilai keyakinan termasuk Spiritual.
2)   Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam  melaksanakan agama yang dipeluknya dan konsekwensinya.
s.     Aktivitas / istirahat
Gejala :
1)   Kelelahan umum dan kelemahan.
2)   Nafas pendek karena bekerja.
3)   Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil dan atau berkeringat.
4)   Mimpi buruk.
Tanda :
1)   Takhikardi, tachipnoe, / dispnoe pada kerja.
2)   Kelelahan otot, nyeri dan sesak (pada tahap lanjut).
t.     Integritas Ego.
Gejala :
1)   Adanya faktor stres lama.
2)   Masalah keuanagan, rumah.
3)   Perasaan tak berdaya / tak ada harapan.
4)   Populasi budaya.
Tanda :
1)   Menyangkal. (khususnya selama tahap dini).
2)   Ancietas, ketakutan, mudah tersinggung.
u.    Makanan / cairan.
Gejala :
1)   Anorexia.
2)   Tidak dapat mencerna makanan.
v.    Penurunan BB.
Tanda :
1)   Turgor kulit buruk.
2)   Kehilangan lemak subkutan pada otot.



w.  Nyeri / kenyamanan.
Gejala :
Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda :
1)   Berhati-hati pada area yang sakit.
2)   Perilaku distraksi, gelisah.
x.    Pernafasan.
Gejala :      
1)   Batuk produktif atau tidak produktif.
2)   Nafas pendek.
3)   Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinjeksi.
Tanda :
1)   Peningkatan frekuensi nafas.
2)   Pengembangan pernafasan tak simetris.
3)   Perkusi dan penurunan fremitus vokal, bunyi nafas menurun tak secara bilateral atau unilateral (effusi pleura / pneomothorax) bunyi nafas tubuler dan / atau bisikan pektoral diatas lesi luas, krekels tercatat diatas apeks paru selam inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels – posttusic).
4)   Karakteristik sputum ; hijau purulen, mukoid kuning atau bercampur darah.
5)   Deviasi trakeal ( penyebaran bronkogenik ).
6)   Tak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental ( tahap lanjut ).
y.    Keamanan.
Gejala :
Adanya kondisi penekana imun, contoh ; AIDS, kanker, tes HIV positif (+)
Tanda :
1)   Demam rendah atau sakit panas akut.
2)   Interaksi sosial.



Gejala :
1)   Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular.
2)   Perubahan pola biasa dalam tangguang jaawab / perubahan kapasitas fisik untuk melaksankan peran.
z.    Penyuluhan / pembelajaran.
Gejala :
1)   Riwayat keluarga TB,
2)   Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk,
3)   Gagal untuk membaik / kambuhnya TB,
4)   Tidak berpartisipasi dalam therapy.

B.  Analisa data
       Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menentukan masalah klien. Masalah klien yang timbul yaitu, sesak napas, batuk, nyeri dada, nafsu makan menurun, aktivitas, lemas, potensial, penularan, gangguan tidur, gangguan harga diri.

C.  Diagnosa keperawatan
Tahap akhir dari perkajian adalah merumuskan Diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah kesehatan klien yang dapat diatas dengan tindakan keperawatan (H. Lismidar, 1990, 12).  Dari analisa data diatas yang ada dapat dirumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan tuberkulosis paru komplikasi haemaptoe sebagai berikut :
1.      Ketidakefektifan pola pernapasan sehubungan dengan sekresi mukopurulen dan kurangnya upaya batuk (Marilyn E. Doenges, 1999)
2.      Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang sehubungan dengan keletihan, anorerksia atau dispnea. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
3.      Potensial terhadap transmisi infeksi yang sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang resiko potongan. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
4.      Kurang pengetahuan yang sehubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan dirumah.
5.      Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubugan dengan sekret kental, kelemahan dan upaya untuk batuk. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
6.      Potensial terjadinya kerusakan pertukaran gas sehubungan dengan penurunan permukaan efektif proses dan kerusakan membran alveolar – kapiler. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
7.       Ganggguan pemenuhan kebutuhan tidur sehubungan daerah sesak napas dan nyeri dada. (lynda, J. Carpenito, 1998)

D.  Perencanaan
       Setelah mengumpulkan data, mengelompokan dan menentukan Diagnosa keperawatan, maka tahap selanjutnya adalah menyusun perencaan. Dalam tahap perencanaan ini meliputi 3 menentukan prioritas, Diagnosa keperawatan, menentukan tujuan merencanakan tindakan keperawatan.  Dan Diagnosa keperawatan diatas dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut :
a.       Diagnosa keperawatan pertama : ketidakefektifan pola pernapasan yang sehubungan dengan sekresi mukopurulen dan kurangnya upaya batuk.
1.      Tujuan : pola nafas efektif
2.      Kriteria hasil :
·         klien mempertahankan pola pernafasan yang efektif
·         frekwensi irama dan kedalaman pernafasan normal (RR 16 – 20 kali/menit)
·         dipsnea berkurang
3.      Rencana tindakan
a.       Kaji kualitas dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori pernapasan : catat setiap peruhan
b.       Kaji kualitas spotum : warna, bau, knsistensi
c.       Auskultasi bunyi napas setiap 4 jam
d.      Baringan klien untuk mengoptimalkan pernapasan : posisi semi fowler tinggi.
e.       Bantu dan ajakan klien berbalik posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam sampai 4 jam.
f.       Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat – obatan
4.      Rasional
a.       Mengetahui penurunan bunyi napas karena adanya secret
b.      Mengetahui perubahan yang terjadi untuk memudahkan pengobatan selanjutnya.
c.       Mengetahui sendiri mungkin perubahan pada bunyi napas
d.      Membantu mengembangkan secara maksimal
e.       Batuk dan napas dalam yang tetap dapat mendorong sekret laluar
f.       Mencegah kekeringan mukosa membran, mengurangi kekentalan sekret dan memperbesar ukuran lumen trakeobroncial
b.      Diagnosa keperawatan kedua : perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang sehubungan dengan anoreksia, keletihan atau dispnea.
1.      Tujuan : terjadi peningkatan nafsu makan, berat badan yang stabil dan bebas tanda malnutrisi
2.      Kriteria hasil
·         Klien dapat mempertahankan status malnutrisi yang adekuat
·         Berat badan stabil dalam batas yang normal
3.      Rencana tindakan
a.    Mencatat status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritas mukosa oral, riwayat mual / muntah atau diare.
b.    Pastikan pola diet biasa klien yang disukai atau tidak
c.    Mengkaji masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodic
d.   Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan
e.    Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
f.     Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan komposisi diet.
4.      Rasional
a.    Berguna dalam mendefenisikan derajat / wasnya masalah dan pilihan indervensi yang tepat.
b.    Membantu dalam mengidentifukasi kebutuhan / kekuatan khusus. Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masakan diet.
c.    Berguna dalam mengukur keepektifan nutrisi dan dukungan cairan
d.    Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputun atau obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.
e.     Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu / legaster
f.      Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet.
c.       Diagnosa keperawatan ketiga : potensial terhadap tranmisi infeksi yang sehubungan dengan kurangnya pengtahuan tentang resiko patogen.
1.      Tujuan : klien mengalami penurunan potensi untuk menularkan penyakit seperti yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien untuk mengubah tes kulit positif.
2.      Kriteria hasil :
klien mengalami penurunan potensi menularkan penyakit yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien.
3.      Rencana tindakan.
a.         Identifikasi orang lain yang berisiko. Contah anggota rumah, sahabat.
b.        Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan hindari meludah serta tehnik mencuci tangan yang tepat.
c.         Kaji tindakan. Kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi pernafasan.
d.        Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengatifan berulang tuberkulasis.
e.         Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.
f.         Kolaborasi dan melaporkan ke tim dokter dan Depertemen Kesehatan lokal.
4.         Rasional
a.         Orang yang terpajan ini perlu program terapi obat intuk mencegah penyebaran infeksi
b.        Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi
c.         Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi klien dengan membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular
d.        Pengetahuan tentang faktor ini membantu klien untuk mengubah pola hidup dan menghindari insiden eksaserbasi
e.         Periode singkat berakhir 2 sampai 3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga atau penyakit luas, sedang resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan
f.         Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi untuk menurunkan penyebaran infeksi
d.      Diagnosa keperawatan keempat : kurangnya pengetahuan yang berhungan dengan kuranganya impormasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah.
1.         Tujuan : klien mengetahui pengetahuan imformasi tentang penyakitnya
2.         Kriteria hasil :
Klien memperlihatkan peningkatan tingkah pengetahuan mengenai perawatan diri.
3.         Rencana tindakan
a.         Kaji kemampuan klien untuk belajar mengetahui masalah, kelemahan, lingkungan, media yang terbaik bagi klien.
b.        Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawatan, contoh hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas.
c.         Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan lama,kaji potensial interaksi dengan obat lain.
d.        Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah.
e.         Dorong klien atau orang terdekat untuk menyatakan takut atau masalah, jawab pertanyaan secara nyata.
f.        Berikan intruksi dan imformasi tertulis khusus pada klien untuk rujukan contoh jadwal obat.
g.      Evaluasi kerja pada pengecoran logam / tambang gunung, semburan pasir.
4.         Rasional
a.       Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu.
b.      Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut.
c.       Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat sesuai perbaikan kondisi klien.
d.      Mencegah dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan terapi dan meningkatkan kerjasama dalam program.
e.       Memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan konsepsi / peningkatan ansietas.
f.       Informasi tertulis menurunkan hambatan klien untuk mengingat sejumlah besar informasi. Pengulangan penguatkan belajar.
g.      Terpajan pada debu silikon berlebihan dapat meningkatkan resiko silikosis, yang dapat secara nagatif mempengaruhi fungsi pernafasan.
e.       Diagnosa keperawatan kelima : ketidakefektifan jalan nafas yang sehubungan dengan sekret kental, kelemahan dan upaya untuk batuk.
1.      Tujuan : jalan nafas efektif
2.      Kriteria hasil :
·         klien dapat mengeluarkan sekret tanpa bantuan
·         klien dapat mempertahankan jalan nafas
·         pernafasan klien normal (16 – 20 kali per menit)
3.      Rencana tindakan :
a.    Kaji fungsi pernafasan seperti, bunyi nafas, kecepatan, irama, dan kedalaman penggunaan otot aksesori
b.   Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif.
c.    Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi, bantu klien untuk batuk dan latihan untuk nafas dalam.
d.   Bersihkan sekret dari mulut dan trakea.
e.    Pertahanan masukan cairan seditnya 2500 ml / hari, kecuali ada kontraindikasi.
f.    Lembabkan udara respirasi.
g.   Berikan obat-obatan sesuai indikasi : agen mukolitik, bronkodilator , dan kortikosteroid.
4.      Rasional.
a.       Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis, ronkhi, mengi menunjukkan akumulasi sekret / ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernafasan dan peningkatan kerja penafasan.
b.      Pengeluaran sulit jika sekret sangat tebal sputum berdarah kental diakbatkan oleh kerusakan paru atau luka brongkial dan dapat memerlukan evaluasi lanjut.
c.       Posisi membatu memaksimalkan ekspansi paru dan men urunkan upaya pernapasan. Ventilasi maksimal meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan napas bebas untuk dilakukan.
d.      Mencegah obstruksi /aspirasi penghisapan dapat diperlukan bila klien tak mampu mengeluaran sekret.
e.       Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengecerkan sekret membuatnya mudah dilakukan.
f.       Mencegah pengeringan mambran mukosa, membantu pengenceran sekret.
g.      Menurunkan kekentalan dan perlengketan paru, meningkatkan ukuran kemen percabangan trakeobronkial berguna padu adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia.
f.       Diagnosa keperawatan keenam : potensial terjadinya kerusakan pertukaran gas sehubungan dengan penurunan permukaan efektif paru dan kerusakan membran alveolar – kapiler.
1.      Tujuan : Pertukaran gas berlangsung normal
2.      Kreteria hasil :
·         Melaporkan tak adanya / penurunan dispnea
·         Klien menunjukan tidak ada gejala distres pernapasan
·         Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal
3.      Rencana tindakan
a.       Kaji dispnea, takipnea, menurunya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan terbatasnya ekspansi dinding dada
b.      Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sionosis perubahan warna kulit, termasuk membran mukosa
c.       Tujukkan / dorong bernapas bibir selama ekshalasi
d.      Tngkatkan tirah bang / batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
e.       Awasi segi GDA / nadi oksimetri
f.       Berikan oksigen tambahan yang sesuai
4.      Rasional
a.       TB paru menyebabkan efek luas dari bagian kecil bronko pneumonia sampai inflamasidifus luas. Efek pernapasan dapat dari ringan sampai dispnea berat sampai distress pernapasan
b.      Akumulasi sekret . pengaruh jalan napas dapat menganggu oksigenasi organ vital dan jarigan
c.       Membuat, sehingga tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps membantu menyebabkan udara melalui paru dan menghilangkan atau menurtunkan napas pendek
d.      Menurunkan konsumsi oksigen selama periode menurunan pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala
e.       Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan atau saturasi atau peningkatan PaCO2 menunjukan kebutuhan untuk intervensi / perubahan program terapi
f.       Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi atau menurunya permukaan alveolar paru.
g.      Diagnosa keperawatn ketujuh : Gangguan pemenuhan tidur dan istirahat sehubungan dengan sesak napas dan nyeri dada.
1.      Tujuan : kebutuhan tidur terpenuhi
2.      Kriteria hasil :
·         memahami faktor yang menyebabkan gangguan tidur
·         Dapat menangani penyebab tidur yang tidak adekuat
·         Tanda – tanda kurang tidur dan istirahat tidak ada
3.      Rencana tindakan
a.       kaji kebiasaan tidur penderita sebelum sakit dan saat sakit
b.      Observasi efek abot – obatan yang dapat di derita klien
c.       Mengawasi aktivitas kebiasaan penderita
d.      Anjurkan klien untuk relaksasi pada waktu akan tidur.
e.       Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman
4.      Rasional
a.       Untuk mengetahui sejauh mana gangguan tidur penderita
b.      Gangguan psikis dapat terjadi bila dapat menggunakan kartifosteroid temasuk perubahan mood dan uisomnia
c.       Untuk mengetahui apa penyebab gangguan tidur penderita
d.      Memudahkan klien untuk bisa tidur
e.       Lingkungan dan siasana yang nyaman akan mempermudah penderita untuk tidur.

E.  Pelaksanaan
       Pada tahap pelaksanaan ini, fase pelaksanaan terdiri dari berbagai kegiatan yaitu :
1.      Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan konsulidasi
2.      Keterampilan interpersonal, intelektual, tehnical, dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat
3.      Keamanan fisik dan psikologia dilindungi
4.      Dokumentasi intervensi dan respon klien (Budi Anna keliat, SKP, th 1994, hal 13)

F.   Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses keperawatan (Diagnosa, tujuan untervensi) harus di evaluasi, dengan melibatkan klien, perawatan dan anggota tim kesehatan lainnya dan bertujuan untuk menilai apakah tujuan dalam perencanaan keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan perkajian ulang jika tindakan belum hasil.
Ada tiga alternatif yang dipakai perawat dalam menilai suatu tindakan berhasil atau tidak dan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan rencana yang ditentukan, adapun alternatif tersebut adalah :
1.      Tujuan tercapai
2.      Tujuan tercapai sebagian
3.      Tujuan tidak tercapai
(Budi Anna Keliat, SKP, th 1994, hal 69)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar