ASKEP STROK NON HEMORAGIC
A. Definisi
Cerebrovaskular
accident atau stroke merupakan gangguan neurology yang disebabkan oleh adanya
gangguan pada peredaran darah di otak (Black, 1997)
Gangguan
peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA (Cerebro Vaskular
Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau
secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan
daerah yang terganggu (Harsono,1996, hal 67)
Stroke
adalah penyakit gangguan fungsional otak fokal maupun global akut dengan gejala
dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang sebelumnya tanpa peringatan,
dan yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat atau kematian, akibat
gangguan aliran darah ke otak karena perdarahan ataupun non perdarahan (Junaidi
Iskandar, 2002)
Stroke
adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa
defisit neurologis fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih
atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non traumatic (Kapita Selekta Kedokteran, 2000)
Penyakit
ini merupakan peringkat ketiga penyebab kematian di United State. Akibat stroke
pada setiap tingkat umur tapi yang paling sering pada usia antara 75 – 85 tahun
(Long. C, Barbara;1996, hal 176).
Stroke atau cedera cerebrovaskuler
adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke
bagian otak dan yang sering ini adalah kulminasi penyakit cerebrovaskuler
selama beberapa tahun (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
Stroke adalah
manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh
(global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau
berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan
vascular
Berdasarkan
etiologinya, stroke dibedakan menjadi :
1. Stroke
perdarahan atau strok hemoragik
2. Strok
iskemik atau stroke non hemoragik
Stroke non hemoragik atau yang disebut juga strok
iskemik didefinisikan, secara patologis, sebagai kematian jaringan otak karena pasokan
darah yang tidak adekuat.
B.
Anatomi
Peredaran Darah Otak
Vaskularisasi susunan saraf pusat sangat berkaitan
dengan tingkat kegiatan metabolisme pada bagian tertentu dan ini berkaitan
dengan banyak sedikitnya dendrit dan sinaps di daerah tersebut.
Pembuluh darah utama yang mendarahi otak ialah
sepasang arteria karotis interna dan sepasang arteria vertebralis. Dari kedua
sumber pendarah itu akan berhubungan membentuk kolateral yang disebut sirkulus
Willisi. Sistem kolateral juga dijumpai pada pembuluh-pembuluh yang berada di
dalam jaringan otak. Penyaluran darah selanjutnya melalui sistem vena yang akan
bermuara ke dalam sinus duramatris.
Pada permukaan otak, arteri pendarah membentuk
anastomosis yang cukup, sedangkan anastomosis di dalam jaringan otak lebih
sedikit. Pembuluh darah dari arteri permukaan yang menembus/memasuki jarigan
otak, secara fungsional dapat dianggap sebagai end artery.
a. Sistem
Karotis
Pembuluh utama ialah arteri carotis kommunis yang
mempercabangkan selain arteria karotis eksterna juga arteri karotis interna
yang akan banyak mendarahi bangunan intrakranial terutama dalam hal ini ialah
hemisferium serebri. Cabang-cabang besar arteria karotis interna adalah: a.
oftalmika, a. komunikans posterior, a. khoroidal anterior, a. serebri anterior,
a. komunikans anterior, a. serebri media.3
b. Sistem
Vertebrobasiler
Dengan sepasang arteri vertebralis yang kemudian
bersatu menjadi arteri basilaris, akan mendarahi batang otak dan serebellum
dengan tiga kelompok arteri yakni: median, paramedian, dan arteri
sirkumferensial. Arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang a. serebri
posterior.1,3
C. Etiologi
Penyebab-penyebabnya antara lain:
1. Trombosis (Bekuan cairan di dalam
pembuluh darah otak)
Trombus
yang lepas dan menyangkut
di pembuluh darah yang lebih distal disebut embolus.
2. Embolisme cerebral (Bekuan darah
atau material lain)
Emboli merupakan 5-15 % dari penyebab stroke. Dari
penelitian epidemiologi didapatkan bahwa sekitar 50 % dari semua serangan
iskmik otak, apakah yang permanen atau yang transien, diakibatkan oleh
komplikasi trombotik atau embolik dari ateroma, yang merupakan kelainan dari
arteri ukuran besar atau sedang, dan sekitar 25 % disebabkan oleh penyakit
pembuluh darah kecil di intyrakranial dan 20 % oleh emboli jantung. Emboli
dapat terbentuk dari gumpalan darah, kolesterol, lemak, fibrin trombosit, udara
,tumor, metastase, bakteri, benda asing
3.
Iskemia
(Penurunan aliran darah ke area otak)
D. Faktor resiko pada stroke
1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskuler: arteria
koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit jantung
kongestif)
3. Kolesterol tinggi
4. Obesitas (Kegemukan)
5. Peningkatan hematokrit (Resiko
infark serebral)
6. Diabetes Melitus (Berkaitan dengan
aterogenesis terakselerasi)
7. Kontrasepasi oral (Khususnya dengan
disertai hipertensi, merokok, dan kadar estrogen tinggi)
8. Penyalah gunaan obat (Kokain)
9. Konsumsi alkohol
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
E. Manifestasi klinis
Gejala -
gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh
terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi,
bergantung bagian otak yang terganggu.Gejala-gejala itu antara lain bersifat:
1. Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient Ischemic Attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient Ischemic Attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.
2. Sementara,namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan
ini disebut Reversible Ischemic Neurologic Defisit (RIND)
3. Gejala makin lama makin berat
(Progresif)
Hal ini desebabkan gangguan aliran
darah makin lama makin berat yang disebut Progressing Stroke atau Stroke
Inevolution
4.
Sudah
menetap/permanen
(Harsono,1996, hal 67)
Gejala neurologik yang
timbul akibat gangguan peredaran darah di otak bergantung pada berat ringannya
gangguan pembuluh darah dan lokalisasinya.
Gejala utama gangguan
peredaran darah otak iskemik akibat trombosis serebri ialah timbulnya defisit
neurologik secara mendadak/subakut, didahului gejala prodromal, terjadi pada
waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tak menurun. Biasanya
terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Pada pungsi lumbal, liquor
serebrospinalis jernih, tekanan normal, dan eritrosit kurang dari 500.
Pemeriksaan CT Scan dapat dilihat adanya daerah hipodens yang menunjukkan
infark/iskmik dan edema.
Gangguan peredaran darah
otak akibat emboli serebri didapatkan pada usia lebih muda, mendadak dan pada
waktu aktif. Sumber emboli berasal dari berbagai tempat yakni kelainan jantung
atau ateroma yang terlepas. Kesadaran dapat menurun bila embolus cukup besar. Likuor
serebrospinalis adalah normal.
Pendarahan otak dilayani
oleh 2 sistem yaitu sistem karotis dan sistem vertebrobasilar. Gangguan pada
sistem karotis menyebabkan :
1.
Gangguan penglihatan
2.
Gangguan bicara, disfasia atau afasia
3.
Gangguan motorik, hemiplegi/hemiparese kontralateral
4.
Ganguan sensorik
Gangguan pada sistem
vertebrobasilar menyebabkan :
1. Ganguan penglihatan,
pandangan kabur atau buta bila gangguan pada lobus oksipital
2. Gangguan nervi kranialais
bila mengenai batang otak
3. Gangguan motorik
4. Gnggguan koordinasi
5. Drop attac
6. Gangguan sensorik
7. Gangguan kesadaran
Bila lesi di kortikal, akan terjadi gejala
klinik seperti; afasia, gangguan sensorik kortikal, muka dan lengan lebih
lumpuh atau tungkai lebih lumpuh., eye deviation, hemipareses yang disertai
kejang.
Bila lesi di subkortikal, akan timbul tanda
seperti; muka, lengan dan tungkai sama berat lumpuhnya, distonic posture,
gangguan sensoris nyeri dan raba pada muka lengan dan tungkai (tampak pada lesi
di talamus). Bila disertai hemiplegi, lesi pada kapsula interna.
Bila lesi di batang otak, gambaran klinis berupa:
hemiplegi alternans, tanda-tanda serebelar, nistagmus, gangguan pendengaran, gangguan sensoris,
disartri, gangguan menelan, deviasi lidah.
Bila topis di medulla
spinalis, akan timbul gejala seperti; gangguan sensoris dan keringat sesuai tinggi
lesi, gangguan miksi dan defekasi.
Gangguan
yang muncul tertulis pada tabel.
NO
|
DEFISIT NEUROLOGIK
|
MANIFESTASI
|
1.
|
DEFISIT LAPANG PENGLIHATAN
|
|
2
|
DEFISIT MOTORIK
|
|
3.
|
DEFISIT SENSORI
Parestesia (terjadi pada sisi berlawanan dari lesi)
|
|
4
|
DEFISIT VERBAL
|
|
5.
|
DEFISIT
KOGNITIF
|
|
6.
|
DEFISIT
EMOSIONAL
|
|
F. Pathways SNH
G. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema ,
hematoma, iskemia dan adanya infark
2. Angiografi serebral
membantu menentukan penyebab stroke
secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri Pungsi Lumbal
1. Menunjukan adanya tekanan normal
2. Mekanan meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukan adanya perdarahan
3. MRI : Menunjukan daerah yang
mengalami infark, hemoragik.
4. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik
5. Ultrasonografi Dopler :
Mengidentifikasi penyakit arteriovena
6. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan
kelenjar lempeng pineal
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)
H. Penatalaksanaan
- Diuretika
: untuk menurunkan edema serebral
- Anti
koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi.
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
I. KOMPLIKASI
- Hipoksia
Serebral
- Penurunan
darah serebral
- Luasnya
area cedera
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
J. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
Airway
Adanya
sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan
reflek batuk
Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/
melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur,
suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
Circulation
TD dapat normal atau
meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung
normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin,
sianosis pada tahap lanjut
b. Pengkajian sekunder
1. Aktivitas dan istirahat
a.
Data
Subyektif:
· Kesulitan dalam beraktivitas ;
kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.
· Mudah lelah, kesulitan istirahat
(nyeri atau kejang otot)
b.
Data
obyektif:
· Perubahan tingkat kesadaran
· Perubahan tonus otot (flaksid atau
spastic), paraliysis (hemiplegia), kelemahan umum.
· Gangguan penglihatan
2. Sirkulasi
a.
Data
Subyektif:
·
Riwayat
penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung ,
endokarditis bacterial), polisitemia.
b.
Data
obyektif:
· Hipertensi arterial
· Disritmia, perubahan EKG
· Pulsasi : kemungkinan bervariasi
· Denyut karotis, femoral dan arteri
iliaka atau aorta abdominal
3. Integritas ego :
a.
Data
Subyektif :
·
Perasaan
tidak berdaya, hilang harapan
b.
Data
obyektif :
·
Emosi
yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan, kegembiraan
·
Kesulitan
berekspresi diri
4. Eliminasi :
a.
Data
Subyektif :
·
Inkontinensia,
anuria
·
istensi
abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya suara usus(ileus paralitik)
5. Makan/ minum :
a.
Data
Subyektif:
·
Nafsu
makan hilang
·
Nausea
/ vomitus menandakan adanya PTIK
·
Kehilangan
sensasi lidah, pipi, tenggorokan, disfagia
·
Riwayat
DM, Peningkatan lemak dalam darah
b.
Data
obyektif :
·
Problem
dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring)
·
Obesitas
(faktor resiko)
6. Sensori neural :
a.
Data
Subyektif :
·
Pusing
/ syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
·
Nyeri
kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.
·
Kelemahan,
kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati
·
Penglihatan
berkurang
·
Sentuhan
: kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka
ipsilateral (sisi yang sama)
·
Gangguan
rasa pengecapan dan penciuman
b.
Data
obyektif :
·
Status
mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan, gangguan tingkah laku
(seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
·
Ekstremitas
: kelemahan / paraliysis (kontralateral) pada semua jenis stroke, genggaman
tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam (kontralateral)
·
Wajah:
paralisis / parese (ipsilateral)
·
Afasia
(kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/kesulitan
berkata kata, reseptif/kesulitan berkata kata komprehensif, global/kombinasi
dari keduanya.
·
Kehilangan
kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
·
Apraksia
: kehilangan kemampuan menggunakan motorik
·
Reaksi
dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral
7. Nyeri / kenyamanan :
a.
Data
Subyektif :
·
Sakit
kepala yang bervariasi intensitasnya
b.
Data
obyektif :
·
Tingkah
laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8. Respirasi :
a.
Data
Subyektif :
·
Perokok
(faktor resiko)
b.
Tanda
:
·
Kelemahan
menelan/ batuk/ melindungi jalan napas
·
Timbulnya
pernapasan yang sulit dan/atau tak teratur
·
Suara
nafas terdengar ronchi/aspirasi
9. Keamanan :
a.
Data
obyektif :
·
Mottrik/sensorik
: masalah dengan penglihatan
·
Perubahan
persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewasadaan
terhadap bagian tubuh yang sakit
·
Tidak
mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
·
Gangguan
berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
·
Gangguan
dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri
10. Interaksi sosial :
a.
Data
obyektif :
·
Problem
berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
11. Pengajaran / pembelajaran :
a.
Data
Subjektif :
·
Riwayat
hipertensi keluarga,
·
Penggunaan
kontrasepsi oral
12. Pertimbangan rencana pulang :
a. Menentukan regimen medikasi /
penanganan terapi
b. Bantuan untuk transportasi, shoping
, menyiapkan makanan , perawatan diri dan pekerjaan rumah
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)
K. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan terputunya
aliran darah : penyakit oklusi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral,
edema serebral
1. Ditandai dengan :
DS :
·
Defisit
sensori, bahasa, intektual dan emosi.
DO :
·
Perubahan
tingkat kesadaran, kehilangan memori
·
Perubahan
TTV
·
Perubahan
respon sensorik / motorik, kegelisahan
2. Tujuan / Kriteria evaluasi :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kondisi pasien akan
:
1. Terpelihara dan meningkatnya tingkat
kesadaran, kognisi dan fungsi sensori / motor
2. Menampakan stabilisasi tanda vital
dan tidak ada peningkatan TIK
3. Peran pasien menampakan tidak adanya
kemunduran / kekambuhan
3. Intervensi Keperawatan :
1. Independen :
1. Tentukan faktor-faktor yang
berhubungan dengan situasi individu/ penyebab koma / penurunan perfusi serebral
dan potensial PTIK
2. Monitor dan catat status neurologist
secara teratur
3. Monitor tanda tanda vital
4. Evaluasi pupil: ukuran bentuk
kesamaan dan reaksi terhadap cahaya
5. Bantu untuk mengubah pandangan,
misalnay pandangan kabur, perubahan lapang pandang / persepsi lapang pandang
6. Bantu meningkatakan fungsi, termasuk
bicara jika pasien mengalami gangguan fungsi
7. Kepala dielevasikan perlahan lahan
pada posisi netral .
8. Pertahankan tirah baring, sediakan
lingkungan yang tenang, atur kunjungan sesuai indikasi
2. Kolaborasi :
1. Berikan suplemen oksigen sesuai
indikasi
2. Berikan medikasi sesuai indikasi :
3. Antifibrolitik, missal aminocaproic
acid (amicar)
4. Antihipertensi
5. Vasodilator perifer, missal
cyclandelate, isoxsuprine.
6. Manitol
2. Ketidakmampuan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
neuromuscular, ketidakmampuan dalam persespi kognitif
1. Ditandai dengan:
DS:
·
Klien
enggan untuk bergerak.
DO:
·
Ketidakmampuan
dalam bergerak pada lingkungan fisik: kelemahan, koordinasi, keterbatasan
rentang gerak sendi, penurunan kekuatan otot.
2. Tujuan / Kriteria evaluasi :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kondisi pasien akan :
1. Tidak ada kontraktur, foot drop.
2. Adanya peningkatan kemampuan fungsi
perasaan atau kompensasi dari bagian tubuh
3. Menampakan kemampuan perilaku /
teknik aktivitas sebagaimana permulaanya
4. Terpeliharanya integritas kulit
3. Intervensi Keperawatan :
1. Independen :
1. Rubah posisi tiap dua jam (prone,
supine, miring)
2. Mulai latihan aktif / pasif rentang
gerak sendi pada semua ekstremitas
3. Topang ekstremitas pada posis
fungsional , gunakan foot board pada saat selama periode paralysisi flaksid.
Pertahankan kepala dalam keadaan netral
4. Evaluasi penggunaan alat bantu
pengatur posisi
5. Bantu meningkatkan keseimbangan
duduk
6. Bantu memanipulasi untuk
mempengaruhi warna kulit edema atau menormalkan sirkulasi
7. Awasi bagian kulit diatas tonjolan
tulang
2. Kolaboratif :
1. konsul kebagian fisioterapi
2. Bantu dalam meberikan stimulasi
elektrik
3. Gunakan bed air atau bed khusus
sesuai indikasi
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
sirkulasi serebral, gangguan neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial /
mulut, kelemahan umum / letih.
1. Ditandai dengan:
1. Gangguan artikulasi
2. Tidak mampu berbicara / disartria
3. Ketidakmampuan modulasi wicara,
mengenal kata, mengidentifikasi objek
4. Ketidakmampuan berbicara atau
menulis secara komprehensip
2. Tujuan / Kriteria evaluasi :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kondisi pasien akan :
1. Pasien mampu memahami problem
komunikasi
2. Menentukan metode komunikasi untuk
berekspresi
3. Menggunakan sumber bantuan dengan
tepat
3. Intervensi Keperawatan :
1. Independen :
1. Bantu menentukan derajat disfungsi
2. Bedakan antara afasia denga
disartria
3. Sediakan bel khusus jika diperlukan
4. Sediakan metode komunikasi
alternatif
5. Antisipasi dan sediakan kebutuhan
paien
6. Bicara langsung kepada pasien dengan
perlahan dan jelas
7. Bicara dengan nada normal
2. Kolaborasi :
1. Konsul dengan ahli terapi wicara
4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penerimaan
perubahan sensori transmisi, perpaduan (trauma / penurunan neurologi), tekanan
psikologis (penyempitan lapangan persepsi disebabkan oleh kecemasan)
1. Ditandai :
1. Disorientasi waktu, tempat, orang
2. Perubahan pola tingkah aku
3. Konsentrasi jelek, perubahan proses
pikir
4. Ketidakmampuan untuk mengatakan
letak organ tubuh
5. Perubahan pola komunikasi
6. Ketidakmampuan mengkoordinasi
kemampuan motorik.
2. Tujuan / Kriteria evaluasi :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kondisi pasien akan :
1. Dapat mempertahakan level kesadaran
dan fungsi persepsi pada level biasanya.
2. Perubahan pengetahuan dan mampu
terlibat
3. Mendemonstrasikan perilaku untuk
kompensasi
3. Intervensi Keperawatan :
1. Independen :
1. Kaji patologi kondisi individual
2. Evaluasi penurunan visual
3. Lakukan pendekatan dari sisi yang
utuh
4. Sederhanakan lingkungan
5. Bantu pemahaman sensori
6. Beri stimulasi terhadap sisa sisa rasa
sentuhan
7. Lindungi psien dari temperature yang
ekstreem
8. Pertahankan kontak mata saat
berhubungan
9. Validasi persepsi pasien
5. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan
neuro muskuler, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi
otot
1. Ditandai dengan :
1. Kerusakan kemampuan melakukan ADL
misalnya ketidakmampuan makan, mandi, memasang/melepas baju, kesulitan tugas
toiletng
2. Tujuan / Kriteria evaluasi :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kondisi pasien akan :
1. Melakukan aktivitas perwatan diri
dalam tingkat kemampuan sendiri
2. Mengidentifikasi sumber pribadi /
komunitas dalam memberikan bantuan sesuai kebutuhan
3. Mendemonstrasikan perubahan gaya
hidup untuk memenuhi kenutuhan perawatan diri
3. Intervensi Keperawatan :
1. Independen :
1. Kaji kemampuan dantingkat kekurangan
(dengan menggunakan skala 1-4) untuk melakukan kebutuhan ssehari-har
2. Hindari melakukan sesuatu untuk
pasien yang dapat dilakukan pasiensendiri, tetapi berikan bantuan sesuai
kebutuha
3. Kaji kemampuan pasien untuk
berkomunikasi tentang kebutuhannya untuk menghindari dan atau kemampuan untuk
menggunakan urinal,bedpan
4. Identifikasi kebiasaan defekasi
sebelumnya dan kembalikanpada kebiasaan pola nornal tersebut. Kadar makanan
yang berserat,anjurkan untuk minum banyak dan tingkatkan aktivitas
5. Berikan umpan balik yang positif
untuk setiap usaha yang dilakukan atau keberhasilannya.
2. Kolaborasi :
1. Berikan supositoria dan pelunak
feses
2. Konsultasikan dengan ahli
fisioterapi/okupasi
6. Ketidakefektifan bersihan jalan
napas berhubungan
dengan kerusakan batuk, ketidakmampuan mengatasi lendir
1. Tujuan / Kriteria evaluasi :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kondisi pasien akan :
1. Pasien memperlihatkan kepatenan
jalan napas
2. Ekspansi dada simetris
3. Bunyi napas bersih saat auskultasi
4. Tidak terdapat tanda distress
pernapasan
5. GDA dan tanda vital dalam batas
normal
2. Intervensi Keperawatan:
1. Kaji dan pantau pernapasan, reflek
batuk dan sekresi
2. Posisikan tubuh dan kepala untuk
menghindari obstruksi jalan napas dan memmberikan pengeluaran sekresi yang
optimal
3. Penghisapan sekresi
4. Auskultasi dada untuk mendengarkan
bunyi jalan napas setiap 4 jam
5. Berikan oksigenasi sesuai advis
6. Pantau BGA dan Hb sesuai indikasi
2. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan reflek
menelan turun,hilang rasa ujung lidah
1. Ditandai dengan:
1. Keluhan masukan makan tidak adekuat
2. Kehilangan sensasi pengecapan
3. Rongga mulut terinflamasi
2. Kriteria evaluasi :
1. Pasien dapat berpartisipasi dalam
intervensi specifik untukmerangsang nafsu makan
2. BB stabil
3. Pasien mengungkapkan pemasukan
adekuat
3. Intervensi Keperawatan :
1. Independen :
1. Pantau masukan makanan setiap har
2. Ukur BB setiap hari sesuai indikas
3. Dorong pasien untukmkan diit tinggi
kalori kaya nutrien sesuai progra
4. Kontrol faktor lingkungan (bau,
bising), hindari makanan terlalu manis, berlemak dan pedas. Ciptakan suasana
makan yang menyenangkan
5. Identifikasi pasien yang mengalami
mual muntah
2. Kolaborasi :
1. Pemberian anti emetik dengan jadwal
reguler
2. Vitamin A,D,E dan B6
3. Rujuk ahli diit
4. Pasang / pertahankan slang NGT untuk
pemberian makanan enteral
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 293-305)
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M. 1997. Medical Surgical
Nursing fifth edition : clinical managemen for continuity of care. Philadelfia : WB.
Saunders company
Carpenito,
Lynda Juall. 2001. Buku saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn E,
Jacobs, Ester Matasarrin. Rencana asuhan keperawatan : pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. 2000. Jakarta : penerbit
Buku Kedokteran EGC
Harsono, Buku
Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university press, 1996
Long C, Barbara, Perawatan
Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran, 1996
Marilynn E, Doengoes,
2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta,
EGC, 2000
Pusat pendidikan Tenaga
Kesehatan Departemen Kesehatan, Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta, Depkes, 1996
Smeltzer C. Suzanne,
Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Jakarta, EGC ,2002
Tuti Pahria, dkk, Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC,
1993
Tidak ada komentar:
Posting Komentar