Halaman

Senin, 02 April 2012

Ceftazidime


Ceftazidime
Indikasi:
Infeksi-infeksi yang disebabkan oleh kuman yang susceptible antara lain:
Infeksi umum:
septicaemia; bacteriaemia; peritonitis; meningitis; penderita ICU dengan problem spesifik, misalnya luka bakar yang terinfeksi.
Infeksi saluran pernapasan bagian bawah:
pneumonia, bronkopneumonia; pleuritis pada paru-paru; emfisema; bronciectasis yang terinfeksi; abcess pada paru-paru; infeksi paru-paru pada penderita cystic fibrosis.
Infeksi saluran kemih:
pyelonephritis akut dan kronis; pyelitis; prostatitis; berbagai abscess renal
Infeksi jaringan lunak dan kulit:
celullitis; erysipelas; abscess; mastitis; luka bakar atau luka lain yang terinfeksi; ulkus pada kulit
Infeksi tulang dan sendi:
osteotitis, osteomyelitis; artritis septik; bursitis yang terinfeksi
infeksi abdominal dan bilier
cholangitis, cholecystitis; peritonitis; diverkulitis; penyakit radang pelvic
Dialysis
Infeksi-infeksi yang dikaitkan dengan dialisis haemo dan peritoneal dan CAPD (continous ambulatory peritoneal dialysis).
Kontra Indikasi:
Penderita yang hipersensitif terhadap antibiotika sefalosporin.
Komposisi:
CEFTAZIDIME 1 g mengandung:
Ceftazidime pentahidrat setara dengan Ceftazidime 1 g
Farmakologi:
Ceftazidime merupakan antibiotika sefalosporin semisintetik yang bersifat bakterisidal. Mekanisme kerja antibakteri dengan menghambat enzym yang bertanggung jawab terhadap sintesis dinding sel. Secara in vitro Ceftazidime dapat mempengaruhi mikroorganisme dalam range/spektrum yang luas, termasuk strain yang resisten terhadap gentamicin dan aminoglikosid lainnya. Selain itu Ceftazidime sangat stabil terhadap sebagian besar beta-laktamase, plasmid dan kromosomal yang secara klinis dihasilkan oleh kuman gram negatif dan dengan demikian Ceftazidime aktif terhadap beberapa strain resisten terhadap ampisilin dan sefalosporin lainnya.
Bakteriologi:
Didasarkan pada spektrum aktivitasnya, Ceftazidime umumnya diklasifikasikan sebagai sefalosporin generasi ketiga.
Secara in vitro Ceftazidime aktif terhadap kuman-kuman berikut:
Kuman gram negatif, aerob:
Citrobacter spp. (termasuk C. freundii dan C. diversaus); Enterobacter spp. (termasuk E. cloacae dan E. aerogenes);Escherichia coliHaemophilus influenzae, termasuk strain yang resisten terhadap ampisilin; Klebsiella (termasuk K. pneumonia); Neisseria meningitidisProteus mirabilis, Proteus vulgaris; Pseudomonas spp. (termasuk Pseudomonas aeruginosa); Serratia spp.
Kuman gram positif, aerob:
Staphylococcus aureus, termasuk strain yang menghasilkan penisilinase dan yang tidak.
Streptococcus aglaticae (Streptococci group B); Streptococcus pyogenes (Streptococci beta-hemolitik A)
Kuman lainnya:
Acinobacter spp., Clostridium spp. (kecuali C. difficile), Haemophilus parainfluenzaeMorganella morganii, Neisseria gonorrheoae, Peptococcus spp., Providencia spp. (termasuk P. rettgeri), Salmonella spp., Shigela spp., Staphylococcus epidermis dan Yersinia entrocobacter.
Dosis:
Dosis umum
Ceftazidime digunakan secara parenteral, dosis tergantung pada tingkat keparahan, sensitifitas dan tipe infeksi serta usia, berat badan dan fungsi ginjal penderita.
Dewasa:
Dosis Ceftazidime yang digunakan untuk orang dewasa adalah 1-6 gram per hari, dapat diberikan dosis masing-masing 500 mg, 1 g atau 2 g setiap 12 atau 8 jam secara IV atau IM.
Untuk infeksi saluran kemih dan infeksi yang kurang serius, dosis 500 mg atau 1 g setiap 12 jam sudah mencukupi
Untuk sebagian besar infeksi sebaiknya diberikan dosis 1 g setiap 8 jam atau 2 g setiap 12 jam.
Untuk infeksi yang parah terutama untuk penderita “immunocopromised”, termasuk neutropenia, dapat diberi dosis 2 g setiap 8 jam atau 12 jam.
Untuk penderita cystic fibrosis dengan fungsi ginjal yang normal yang mengalami infeksi paru-paru pseudomonal sebaiknya digunakan dosis 100-150 mg/kg/hari sebagai dosis terbagi.
Pada orang dewasa dengan fungsi ginjal normal penggunaan dosis 9 g/hari masih aman.
Bayi dan anak:
Dosis lazim untuk anak-anak yang berusia lebih dari 2 bulan adalah 30-100 mg/kg/hari, diberikan sebagai dosis terbagi (2-3 kali). Dosis hingga 150 mg/kg/hari (maksimum 6 g sehari) dalam 3 dosis terbagi dapat diberikan pada anak-anak yang menderita fibrocystic, infected immunocompromised dan meningitis.
Neonatus dan bayi di bawah 2 bulan
Dosis 25-60 mg/kg/hari diberikan dosis sebagai dosis terbagi 2 kali sehari, telah terbukti efektif. Waktu paruh Ceftazidime pada neonatus dapat 3-4 kali lebih lama dibandingkan dengan orang dewasa.
Dosis pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
Ceftazidime diekskresikan melalui ginjal secara filtrasi glomeruler. Sehingga dosis pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal harus disesuaikan atau diturunkan.
Pada penderita infeksi berat terutama neutropenia yang biasanya mendapatkan dosis 6 g sehari, ini tidak bisa dilakukan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, maka unit dosis pada tabel di atas dapat dinaikkan 50% atau frekuensi pemberian disesuaikan. Pada penderita ini dianjurkan agar kadar Ceftazidime dalam serum dipantau dan kadar dalam serum tidak boleh lebih dari 40 mg/liter.
Bila hanya ada klirens kreatinin serum, maka rumus (persamaan Cokcroft’s) dapat digunakan untuk mengestimasi klirens kreatinin.
Kreatinin serum menunjukkan fungsi ginjal pada keadaan tunak.
Pria:
Klirens kreatinin = berat badan (kg) x (140 – usia lanjut) / 72 x kreatinin serum (mg/dL)
Wanita: 0,85 x nilai di atas.
Perubahan kreatinin serum dari u mol liter menjadi mg dL adalah dengan membagi 88,4.
Pada anak-anak klirens kreatinin disesuaikan dengan luas area atau bobot tubuh dan frekuensi pemberian seperti pada orang dewasa.
Cara pemberian:
Ceftazidime dapat diberikan secara IV dan IM ke dalam masa otot yang besar misalnya pada daerah gluteus maximus bagian atas atau otot lateral pada paha.
Peringatan dan Perhatian:
Peringatan:
Seperti antibiotika beta-laktam lainnya, sebelum pengobatan dengan Ceftazidime sebaiknya dilakukan pemeriksaan riwayat reaksi hipersensitifitas terhadap Ceftazidime, sefalosporin, penisilin dan obat lainnya.
Ceftazidime sebaiknya diberikan dengan perhatian khusus pada penderita dengan tipe I atau reaksi hipersensitif terhadap penisilin. Bila terjadi reaksi alergi, hentikan penggunaan obat ini. Reaksi hipersensitif yang serius dapat diatasi dengan efinefrin (adrenalin), hidrokortison, antihistamin atau pengatasan emergensi lainnya.
Perhatian:
Pemberian sefalosporin dosis tinggi harus hati-hati bila diberikan bersama-sama dengan obat-obat nefrotoksik seperti aminoglikosida, furosemid, karena kombinasi ini diduga mempengaruhi fungsi ginjal.
Percobaan klinik menyebutkan bahwa hampir tidak ada masalah pada penggunaan dosis lazim. Tidak ada bukt bahwa Ceftazidime mempengaruhi fungsi ginjal pada dosis teurapetik, tetapi perlu dilakukan penurunan dosis untuk penderita gagal ginjal, karena Ceftazidime diekskresikan melalui ginjal, yaitu untuk mencegah konsekuensi klinik akibat peningkatan kadar antibiotik seperti konvulsi.
Tidak ada bukti eksperimental terhadap efek embyophatik dan teratogenik dari Ceftazidime, tetapi seperti semua obat lainnya maka pemberian obat ini pada masa awal kehamilan dan awal pertumbuhan janin harus hati-hati.
Penggunaan selama masa kehamilan harus dipertimbangkan keuntungannya dibandingkan dengan resiko yang terjadi.
Ceftazidime diekskresi melalui air susu dengan demikian perlu perhatian khusus bila Ceftazidime diberikan ibu menyusui.
Ceftazidime tidak mempengaruhi uji glikosuria yang berdasarkan enzym. Telah diobservasi terjadi sedikit pengaruh terhadap metode reduksi kupri (Benedict’s Fehling dan Clintest). Ceftazidime tidak mempengaruhi alkali pikrat pada pemeriksaan kreatinin.
Penggunaan Ceftazidime untuk jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan kelebihan pertumbuhan kuman yang non-susceptible (misalnya: candida, Enterococci) sehingga perlu dilakukan penghentian pengobatan dan gunakan obat terapi lainnya.
Efek samping:
Percobaan klinik menyebutkan bahwa Ceftazidime ditoleransi dengan baik. Efek samping umumnya jarang terjadi termasuk:
Lokal; flebitis atau tromboflebitis pada pemberian IV; rasa sakit atau inflamasi setelah injeksi IM; hipersensitivitas; rash makulopapular atau urtikarial; fever; angiodema (sangat jarang); reaksi-reaksi anafilaktik (bronkospase dan atau hipotensi); gastrointestinal (diare, nausea, nyeri, abdominal, thrust atau kolitis (dangat jarang)).
Efek samping lain yang dikaitkan dengan Ceftazidime termasuk:
- Genito-urinary: candidosis vaginitis
- Susunan saraf pusat: sakit kepala, pusing paraestesia dan rasa tidak enak.
Perubahan sementara terhadap hasil uji laboratorium selama pengobatan dengan Ceftazidime termasuk eosinofilia, test Coombs’ positif tanpa haemolisis, trombositosis dan sedikit peningkatan enzym hepatik SGOT, SGPT, LDH, GGT dan alkalin fosfatase,
Kadang-kadang: peningkatan sementara urea darah, nitrogen urea dan atau kreatinin serum.
Sangat jarang: transient leucopeniathrombocytopeniaosis dan lymphocytosis.
Interaksi obat:
Pemberian bersama-sama dengan aminoglikosida dapat mengakibatkan inaktivasi. Bila diberikan bersamaan sebaiknya diinjeksikan pada tempat (bagian tubuh) yang berbeda. Jangan mencampur kedua obat ini dalam kantong atau botol infus yang sama.
Dengan vancomycin dapat terjadi pengendapan sehingga untuk pemberian dengan infus harus dibilas terlebih dahulu bila menggunakan selang yang sama.
Perhatian Farmasetik:
CEFTAZIDIME dikemas dalam vial dengan tekanan rendah; tekanan positif dihasilkan dari rekonstitusi karena pengeluaran gas karbondioksida. Setelah direkonstruksi CEFTAZIDIME bertahan selama 18 jam bila disimpan pada suhu 25ºC dan selama 7 hari bila disimpan dalam lemari es. Sedikit peningkatan warna terjadi selama penyimpanan.
CEFTAZIDIME untuk injeksi tercampur dengan cairan infus yang biasa digunakan. Larutan 1 mg/ml dan 40 mg/ml dalam larutan infus berikut dapat disimpan hingga 18 jam pada suhu di bawah 25ºC dan selama 7 hari dalam lemari es.
Larutan injeksi Natrium laktat M/6; Larutan injeksi Natrium laktat compound (Larutan Hartmann’s); Larutan injeksi Dekstrosa 5%; Larutan injeksi Dekstrosa 5% dan NaCl 0.225%; Larutan injeksi Dekstrosa 5% dan NaCl 0.45%; Larutan injeksi Dekstrosa 5% dan NaCl 0.9%; Larutan injeksi Dekstrosa 5% dan NaCl 0.18%, Larutan injeksi Dekstrosa 10%; Larutan injeksi 10% Dexstran 40 dalam larutan injeksi NaCl 0.9%, Larutan injeksi 10% Dexstran 40 dalam larutan injeksi Dekstrosa 5%; Larutan injeksi 6% Dekstran 70 dalam larutan injeksi NaCl 0.9%; Larutan injeksi 6% Dexstran 70 dalam larutan injeksi Dekstrosa 5%.
(Ceftazidime kurang stabil dalam larutan injeksi Natrium Bikarbonat dibandingkan dengan larutan intravena lainnya. Tidak dianjurkan sebagai diulen).
CEFTAZIDIME untuk injeksi dapat disimpan hingga 18 jam di bawah suhu 25ºC atau selama 7 hari dalam lemari es pada kadar 0,05 mg/ml dan 0,25 mg/ml dalam cairan Dyalisis Intraperitoneal (Laktat).
CEFTAZIDIME untuk injeksi telah diketahui dapat tercampurkan selama 8 jam di bawah suhu 25ºC dan selama 7 hari dalam lemari es bila dicampur pada kadar 4 mg/ml dengan larutan berikut:
Larutan injeksi hidrokortison (hidrokortison natrium fosfat) 1 mg/ml dalam larutan injeksi NaCl 0,9% atau larutan injeksi Dekstrosa 5%.
Larutan injeksi cefuroxime (cefuroxime natrium) 3 mg/ml dalam larutan injeksi NaCl 0,9%.
Larutan injeksi cloxacillin (cloxacillin natrium) 4 mg/ml dalam larutan injeksi NaCl 0,9%.
Heparin 10 u/ml atau 50 u/ml dalam larutan NaCl 0,9%.
Larutan injeksi Kcl 10 mEq/l atau 40 mEq/l dalam larutan injeksi NaCl 0,9%.
Untuk penggunaan IM dapat dicampur dengan larutan injeksi Lignocain 0,5% atau 1%.
Cara Pembuatan Larutan
Penggunaan IM:
untuk vial 1 g, tambahkan 3,0 ml air untuk injeksi.
Penggunaan IV:
untuk vial 1 g, tambahkan 10,0 ml air untuk injeksi
Penyimpanan:
SIMPAN DI TEMPAT KERING DAN SEJUK, SUHU DI BAWAH 30ºC. TERLINDUNG DARI CAHAYA.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Jenis: Injeksi
Produsen: PT Dexa Medica




Informasi lebih lanjut hubungi dokter keluarga atau apoteker Anda...
Tulisan ini hanya untuk membantu anda memahami obat yang digunakan serta sebagai tambahan ilmu pengetahuan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar