Halaman

Rabu, 25 April 2012

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN HEMORRHOID


KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN HEMORRHOID

 
        Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Hal ini biasa disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, tehnik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien/ keluarga. Dimana proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial dan berhubungan: pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Nursalam, 2001 ; 1).
          Proses keperawatan adalah metode sistemik dimana secara langsung perawat bersama klien secara bersama menentukan masalah keperawatan sehingga membutuhkan asuhan keperawatan, membuat perencanaan dan rencana implementasi, serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan. (Gaffar, 1999 ; 54)
          Proses keperawatan adalah satu pendekatan untuk pemecahan masalah yang memungkinkan seorang perawat untuk mengorganisir dan memberikan asuhan keperawatan. Proses keperawatan merupakan suatu elemen dari pemikiran kritis yang memperbolehkan perawat untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan yang didasarkan atas pertimbangan. Suatu proses adalah satu rangkaian dari langkah-langkah atau komponen-komponen petunjuk/ penentu untuk mencapai tujuan. Tiga karakteristik dari suatu proses adalah Purpose, Organization dan Creativity ( Bevis,1978). “Purpose” adalah tujuan atau maksud yang spesifik dari proses. Proses keperawatan digunakan untuk mendiagnosa dan merawat respon manusia pada kondisi sehat dan sakit. (American Nurses Association,1980). “Organization” adalah tahapan atau langkah-langkah atau komponen-komponen yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Proses keperawatan mengandung 5 langkah : Pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. “Creativity” adalah pengembangan lanjut dari proses itu. Proses keperawatan dinamis dan berlanjut terus menerus. (Potter, 1997 ; 103 )
          Asuhan Keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif dan preventif perawatan kesehatan. Untuk sampai pada hal ini, profesi keperawatan telah mengidentifikasikan proses pemecahan masalah yang menggabungkan elemen yang paling diinginkan dari seni keperawatan dengan elemen yang paling relevan dari sistem teori, dengan menggunakan metode ilmiah (Doengoes, 2000 ; 6, dikutip dari Shore,1998)
          Dalam melakukan asuhan keperawatan terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh.  Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut :

A.   Pengkajian
        Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2001 ; 17)
Merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data/informasi tentang klien yang dibutuhkan dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. (Gaffar, 1999 ; 57)
         Dalam tahap pengkajian dilakukan pengumpulan data dengan cara komunikasi yang efektif, observasi dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan terdiri dari data dasar dan data fokus. Pengkajian keperawatan data dasar yang komprehensif adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan keperawatannya terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis (terapi) atau profesi kesehatan lainnya. Sedangkan data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilakukan kepada klien. (Nursalam, 2001 ; 17)
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan Hemoroid meliputi :
a.     Riwayat kesehatan diambil untuk menentukan adanya gatal, rasa terbakar dan nyeri berserta karakteristiknya
1.     Apakah ini terjadi selama defekasi ?
2.    Berapa lama ini berakhir ?
3.    Adakah nyeri abdomen dihubungkan dengan hal itu ?
4.    Apakah terdapat perdarahan dari rektum ?
5.    Seberapa banyak ?
6.    Seberapa sering ?
7.    Apakah warnanya ?
8.     Adakah rabas lain seperti mukus atau pus ?
b.     Pertanyaan lain berhubungan dengan pola eliminasi dan penggunaan laksatif
1.     Riwayat diet, termasuk masukan serat
2.    Jumlah latihan
3.    Tingkat aktivitas
4.    Pekerjaan (khususnya bila mengharuskan duduk atau berdiri lama)
(Smeltzer, 2002 ; 179)
c.      Pemeriksaan fisik pada klien dengan hemoroid adalah sebagai berikut:
1.     Kaji tingkat kesadaran (kacau mental, letargi, tidak merespon).
2.    Ukur tanda-tanda vital (TD meningkat/ menurun, takikardi).
3.    Auskultasi bunyi nafas.
4.    Kaji kulit (pucat, bengkak, dingin).
5.    Kaji terhadap nyeri atau mual.
6.    Abdomen : Nyeri tekan pada abdomen, bisa terjadi konstipasi.
7.    Anus : Pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada anus, terdapat benjolan pada anus, nyeri pada anus, perdarahan.
(Engram, 1999 ; 789)
d.     Riwayat diet:
1.       Bagaimana pola makan klien?
2.       Apakah klien mengkonsumsi makanan yang mengandung serat?
e.      Riwayat pekerjaan:
1.       Apakah klien melakukan pekerjaan yang memerlukan duduk atau berdiri dalam waktu lama?
f.      Aktivitas dan latihan:
1.       Seberapa jumlah latihan dan tingkat aktivitas?
g.    Pengkajian obyektif:
1.       Menginspeksi feses apakah terdapat darah atau mucus dan area perianal akan adanya hemoroid, fisura, iritasi, atau pus.

B.     Diagnosa
        Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. (Nursalam, 2001 ; 35, dikutip dari NANDA)
         Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status/ masalah kesehatan aktual atau potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi adanya masalah aktual berdasarkan respon klien terhadap masalah atau penyakit, faktor-faktor yang berkontribusi atau penyebab adanya masalah, kemampuan klien mencegah atau menghilangkan masalah. (Gaffar,1999 ; 61)
Tujuan diagnosa keperawatan adalah untuk mengidentifikasi :
1.     Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit.
2.    Faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah (etiologi)
3.    Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.
(Nursalam, 2001 ; 36)

Langkah-langkah dalam diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi :
1.     Klasifikasi dan analisa data.
2.    Interpretasi data.
3.    Validasi data.
4.    Perumusan diagnosa keperawatan.
Nursalam, 2001 ; 36)

Diagnosa keperawatan pada pasien yang menerima perawatan pada gangguan daerah rectal meliputi :
1.   Konstipasi berhubungan dengan penahanan dari keinginan untuk b.a.b untuk menghindari nyeri karena haemorhoid atau setelah pembedahan haemorhoid
2.  Nyeri berhubungan dengan haemorhoid atau setelah penanganan bedah dan perlukaan jaringan
3.  Potensial gangguan integritas kulit (perdarahan) berhubungan dengan iritasi oleh defekasi (internal) atau ruptur hemorrhoid (eksternal).
C.     Perencanaan
        Setelah merumuskan diagnosa keperawatan langkah berikutnya adalah menentukan perencanaan keperawatan. Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi dan mengoreksi masalah-masalah yang di identifikasi pada diangosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi. Tahapan dalam perencanaan ini meliputi : menentukan prioritas, menentukan kriteria hasil, menentukan rencana tindakan dan pendokumentasian. (Nursalam, 2001 ; 51)
         Tujuan perencanaan adalah mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien. Tahap perencanaan keperawatan adalah penentuan prioritas diagnosa keperawatan, penetapan sasaran (goal) dan tujuan (objective), penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi keperawatan. (Gaffar, 1997 ; 63)
         Ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam langkah-langkah penyusunan perencanaan yaitu : menentukan prioritas, menentukan kriteria hasil, menentukan rencana tindakan dan dokumentasi. Untuk menentukan prioritas ada dua hirarki yang dapat digunakan, yaitu :
a.     Hirarki “Maslow” (1943), membagi kebutuhan dalam lima tahap yaitu : kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, sosial, harga diri dan aktualisasi diri
1.   Kebutuhan fisiologis (Physiological Need) yang merupakan kebutuhan pokok utama. Misalnya : udara segar (O2), air (H2O), cairan elektrolit, makanan dan sex, bila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan fisiologis misalnya :
·     Kekurangan oksigen menyebabkan sesak.
·     Kekurangan cairan/ air menyebabkan dehidrasi.
2.  Kebutuhan akan rasa aman (Safety Need)
Misalnya : rasa aman terhindar dari penyakit, gangguan pencurian, perlindungan hukum.
3.  Kebutuhan dicintai dan mencintai (Love Need)
Misalnya : mendambakan kasih sayang ingin dicintai/ diterima oleh kelompok.
4. Kebutuhan harga diri (Esteem Need)
Misalnya : ingin dihargai/ menghargai ; adanya respek dari orang lain. Toleransi dalam hidup berdampingan.
5.  Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization Need)
Misalnya : ingin diakui/ dipuja, ingin berhasil, ingin menonjol/ lebih dari orang lain.
b.      Hirarki “Kalish”, menjelaskan kebutuhan Maslow lebih mendalami dengan membagi kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan untuk bertahan hidup dan stimulasi. (Nursalam, 2001 ; 52)

Adapun perencanaan/ intervensi dari diagnosa yang timbul pada pasien hemoroid adalah:

1.   Konstipasi berhubungan dengan penahanan dari keinginan untuk b.a.b untuk menghindari nyeri karena haemorhoid atau setelah pembedahan haemorhoid
·        Tujuan :
Eliminasi b.a.b pasien normal dengan nyeri minimal
·        Intervensi dan rasional
1.     Berikan obat nyeri secara teratur setelah pembedahan 24-48 jam.
Rasional :
         Pengontrolan nyeri akan membantu mengurangi resiko konstipasi yang mungkin akibat pasien menahan keinginan untuk b.a.b karena nyeri rectal
2.    Anjurkan duduk rendam sekali atau dua kali sehari.
Rasional :
         Hal ini menghilangkan rasa tidak nyaman dan menunjang penyembuh-an dengan meningkatkan sirkulasi ke daerah perianal dan mempertahankan hygiene yang baik.
3.    Berikan cincin busa atau donat pada pasien untuk duduk.
4.    Berikan pelunak tinja selama beberapa hari. jika tidak berhasil, selanjutnya berikan minyak enema. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake cairan (6 gelas air perhari).
Rasional :
5.    Mencegah pengerasan tinja yang akan meningkatkan rasa tidak nya-man dengan b.a.b
2.  Nyeri berhubungan dengan haemorhoid atau setelah penanganan bedah dan perlukaan jaringan
·        Tujuan :
Pasien akan mengalami rasa tidak menyenangkan yang minimal
·        Intervensi dan rasional :
1.     Berikan obat nyeri secara teratur setelah pembedahan 24-48 jam. Jika pasien rawat jalan, ajarkan pasien menggunakan obat nyeri secara teratur sesuai kebutuhan.
Rasional :
         Hal ini mengurangi stimulasi nyeri.
2.    Ajarkan pasien untuk menghindari peregangan pada saat b.a.b
Rasional :
         Hal ini mencegah penekanan pada daerah perineal atau jaringan rectal yang luka. Penekanan akan menyebabkan nyeri dan mungkin memper-lambat penyembuhan.
3.    Ajarkan pasien menggunakan salep, suppositoria, atau bentuk lain.
Rasional :
         Membantu untuk menyusutkan atau menganastesi membran mukosa yang membengkak
4.    Ajarkan pasien mengenai prognosis :
§  Penyembuhan yang sempurna mungkin memakan waktu beberapa minggu.
§  Nyeri akan hilang setelah waktunya.
Rasional :
         Pengetahuan tentang hasil yang diha-rapkan akan mengurangi ketakutan dan memberikan referensi bagi kemajuan terhadap penyembuhan yang sempurna
3.  Potensial gangguan integritas kulit (perdarahan) berhubungan dengan iritasi oleh defekasi (internal) atau ruptur hemorrhoid (eksternal).
·        Tujuan :
Pasien tidak mengalami perdarahan melalui rectal
·        Intervensi dan rasional :
1.     Ajarkan pasien dalam program b.a.b
·        Ajarkan pasien untuk meningkatkan diet intake cairan (1 – 2 quarts) dan serat (buah-buahan dan sayur).
·        Ajarkan pasien menggunakan pelunak tinja sesuai kebutuhan
·        Ajarkan pasien menghindari peregangan.
·        Ajarkan pasien untuk menghindari  mengangkat.
Rasional :
        Tinja yang keras atau peregangan pada saat b.a.b akan mengiritasi hemorrhoid dan mukosa rectum dan mungkin mengakibatkan perdarahan.
2.    Ajarkan pasien untuk mengobservasi perdarahan rectal
Rasional :
        Perdarahan pelan, tidak ditangani mungkin akan menyebabkan anemia, khususnya pada pasien tua.
3.    Anjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan rectal secara teratur.
Rasional :
        Haemorhoid internal, tidak bergejala mungkin timbul atau muncul kembali.
4.    Observasi pembalut seringkali setelah pembedahan (setiap 24 jam). Informasikan pasien tentang periode berbahaya 5 hari setelah pembedahan, ketika jaringan mengelupas.
Rasional :
        Ini memungkinkan seseorang dapat mendeteksi perdarahan dengan cepat, jika terjadi. Penanganan dini perdarahan mencegah kehilangan darah yang lebih banyak.
D.     Pelaksanaan
         Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
         Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan perawatan merupakan tindakan pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan secara nyata untuk membantu klien mencapai tujuan pada rencana tindakan yang telah dibuat. (Nursalam, 2001 ; 63, dikutip dari Lyer, et.al, 1996)
         Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan inter personal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. (Gaffar, 1999 ; 65)
         Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping”. (Nursalam, 2001 ; 63)
         Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu persiapan, perencanaan dan dokumentasi.
a.     Fase persiapan, meliputi:
1.     Review tindakan keperawatan
2.    Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.    Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul
4.    Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan
5.    Persiapan lingkungan yang kondusif
6.    Mengidentifikasi aspek hukum dan etik
b.     Fase intervensi:
1.     Independen: Tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau perintah dokter atau tim kesehatan lain.
2.    Interdependen: Tindakan perawat yang melakukan kerjasama dengan tim kesehatan lain (gizi, dokter, laboratorium dll).
3.    Dependen: Berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan dimana tindakan medis dilaksanakan.
c.      Fase dokumentasi
    Merupakan suatu pencatatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah dilaksanakan yang terdiri dari tiga tipe yaitu:
1.     Sources Oriented Records (SOR)
2.    Problem Oriented Records (POR)
3.    Computer Assisted Records (CAR)
(Nursalam, 2001; 53, dikutip dari Griffith, 1986)


E.      Evaluasi
        Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Ignatavicius & Bayne, 1994)
         Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Griffith dan Christensen, 1986)
         Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan :
1.     Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan).
2.    Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan).
3.    Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan).
(Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Iyer et. al, 1996)

Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu :
1.     Proses (Formatif)
   Adalah evaluasi yang dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
2.    Hasil (Sumatif)
   Adalah evaluasi yang dapat dilihat pada perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan perawatan klien.
(Nursalam, 2001 ; 74, dikutip dari Iyer et. al, 1996)          

Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 yaitu:
1.     Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.
2.    Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.
3.    Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.
4.    Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.
5.    Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.
( Nursalam, 2001 ; 74, dikutip dari Pinnell & Meneses, 1986 )

Adapun kriteria yang diharapkan pada evaluasi dari penyakit hemoroid adalah:
1.     Pasien akan mempunyai jumlah perdarahan sedikit pada postoperasi.
2.    Pasien akan mengungkapkan nyeri berkurang.
3.    Eliminasi kembali normal.
4.    Pasien akan mendiskusikan perasaan tentang masalah dan penanganan.
5.    Pasien akan menggambarkan dengan tepat perawatan diri setelah keluar.